Kota Gaza (ANTARA News) - Anggota setia HAMAS dan Fatah bentrok di Jalur Gaza, Jumat, dan dua aktivis serta seorang anak laki cedera, kata beberapa sumber Palestina dan warga setempat. Ketegangan tinggi di Jalur Gaza kendati ada pembentukan pemerintah persatuan pada 17 Maret antara Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS), yang berkuasa, dan faksi sekuler Fatah, pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, Perdana Menteri Ismail Haniyah, dari HAMAS, mengatakan kabinetnya berencana menyelenggarakan pertemuan khusus Sabtu guna membahas rencana keamanan baru yang ditujukan untuk membendung pertempuran antar-faksi dan meningkatnya kondisi tanpa hukum, dalam 100 hari. Haniyah tak memberi perincian mengenai rencana tersebut, yang dirancang oleh Menteri Dalam Negeri Hani Al-Qawasmi. Haniyah menuduh Amerika Serikat menyulut ketegangan dengan menolak untuk mencabuk sanksi ekonomi yang menghalangi bank lokal, regional dan internasional mengalirkan dana secara langsung kepada pemerintah. "Bank menolak untuk berhubungan dengan kami dan mereka masih menolak (untuk berhubungan dengan pemerintah) karena tindakan Amerika yang mirip gerombolan," kata Haniyah. Baku-tembak Jumat di kota Khan Younis, Jumat, membuat seorang anggota HAMAS dan seorang anggota Fatah cedera, kata beberapa pekerja pertolongan dan warga setempat. Kedua pihak menyatakan pertempuran itu meletus ketika seorang anggota HAMAS memasang selebaran di dekat masjid di wilayah yang warganya setia kepada Fatah. Di kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, sebanyak 2.000 pendukung HAMAS berpawai guna mendukung para pemimpin HAMAS yang telah tewas oleh Israel. Tiga orang Palestina telah tewas dalam pertempuran antar-faksi di Jalur Gaza sejak pemerintah persatuan terbentuk. Kuartet penengah Timur Tengah --Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan PBB-- telah menuntut pemerintah Palestina mengakui Israel, mencela kekerasan dan menerima baik persetujuan perdamaian sementara dengan Israel. Program pemerintah persatuan berisi janji untuk "menghormati" kesepakatan terdahulu Palestina-Israel tapi tak menyerukan pengakuan atas Israel dan menyatakan perlawanan terhadap negara Yahudi dalam segala bentuk adalah hak sah rakyat Palestina. Haniyah mengesampingkan tuntutan AS, Israel dan Eropa agar HAMAS mengakui Israel. "Pengempungan harus dicabut," kata Haniyah dikutip Reuters.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007