Banda Aceh (ANTARA News) - Sejumlah korban tsunami di Gampong Deyah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), hingga saat ini belum menempati rumah bantuan yang dibangun Bakrie Group yang menggunakan bahan baku asbes, karena khawatir kesehatan mereka terganggu serbuk asbes. "Ada dokter ahli yang datang kemari dan mengatakan rumah bantuan Bakrie berbahaya untuk ditempati. Karena khawatir, hingga saat ini kami belum menempatinya," kata salah seorang warga penerima rumah bantuan, Rohana, di Banda Aceh, Jumat. Rohana merupakan salah seorang dari ratusan keluarga asal Deyah Raya yang hingga saat ini masih bertahan di rumah sementara (shelter) bantuan Organisasi Internasional Migrasi (IOM) yang dibangun di sepanjang tanggul Krueng (sungai) Cut, Lamnyong Banda Aceh, karena enggan menempati rumah sumbangan Bakrie Group yang diresmikan sejak Januari 2007. Menurut dia, efek yang ditimbulkan asbes tersebut akan dirasakan dimasa yang akan datang. "Kata dokter, bisa menyebabkan kanker paru-paru. Kita takut, apalagi ada anak kecil," katanya. Kekhawatiran yang sama diungkapkan seorang tokoh masyarakat Deyah Raya, Zamzami Amin, yang hingga saat ini juga belum menempati rumah bantuan Bakrie Group itu. Menurut Zamzami, selain terbuat dari asbes, pondasi bangunan juga dinilai kurang layak sehingga dikhawatirkan bangunan tidak kuat dan tidak tahan lama, serta tidak dilengkapi fasilitas air bersih. Sebanyak 204 unit rumah korban tsunami berbahan asbes di Deyah Raya dibangun dengan dana sebesar Rp23 miliar melalui program Bakrie Peduli Untuk Negeri bekerjasama dengan ANTV Peduli.Berdasarkan hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) rumah berbahan baku asbes dinilai berbahaya ditempati karena dapat mempengaruhi kesehatan penghuninya. Sementara itu, Pimpinan Bakrie Group, Aburizal Bakrie, saat, peresmian rumah tersebut pada 20 Januari 2007 menegaskan rumah bantuan untuk korban tsunami yang dibangun Bakrie Group di daerah itu aman ditempati karena menggunakan bahan yang telah teruji. "Rumah korban tsunami ini aman ditempati, karena kita menggunakan bahan asbes putih atau fiber semen yang aman bagi kesehatan. Rumah dengan bahan yang sama telah dibangun di seluruh Indonesia," katanya. Aburizal menyebutkan, pabrik penghasil bahan bangunan rumah tersebut adalah PT Bakrie Building Industries telah beroperasi selama 25 tahun. "Jika bahan yang diproduksi pabrik ini berbahaya, jelas tidak bisa digunakan. Yang membahayakan kesehatan adalah asbes abu-abu atau biru, sedangkan kita memakai asbes putih. Percayalah, kami tidak akan memberikan yang membahayakan masyarakat," katanya kala itu. Bakrie Group membangun 204 unit rumah tipe 40 berkonstruksi baja untuk korban tsunami Gampong Deyah Raya yang sebelum musibah tsunami 2004 dipadati sekitar 292 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 1.882 jiwa namun kini hanya tersisa 192 KK atau 412 jiwa. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007