Ternate, Maluku Utara (ANTARA News) - Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (Fikes) Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Nanti Supriatni, merespon keinginan Pemerintah untuk menaikkan harga rokok akan naik pada bulan Semptember mendatang.
"Saya secara pribadi itu memandang mungkin ini salah satu cara pemerintah untuk mengurangi angka pengguna rokok itu sendiri dengan cara satu cara dengan menaikan harga rokok, kalau misalkan dengan cara ini bisa menurunkan angka pengguna dan jumlah perokok di Indonesia itu didukung," katanya, di Ternate, Selasa.
Sebab, rokok itu merugikan pribadi baik menghisap mapun menerima asapan rokok itu, karena ada perokok pasif dan aktif, kalau misalkan tidak dinaikan harga rokok, maka secara otomatis, masyarakat kita rugi, apalagi yang pasif itu banyak.
"Intinya kalau untuk persiapkan generasi yang sehat di masa akan datang, harus seperti itu karena orang yang merokok sendiri mungkin memandang ini negatif, sebagaian mereka yang perokok memandang ini adalah salah satu pandangan pemerintah mengalangi kebebasan merokok, cuma kasihan juga yang pasif.
Dia menyatakan, rokok ini akibatnya bukan saja pribadi, tetapi orang pasif ketika menghirup asar rokok bagi ibu hamil menyebabkan kecacatan bayinya, bagi orang tua menyebabkan jantung.
"Bagi perokok mungkin tidak kelihatan sekarang, tapi kelihatanya di masa akan datang, ketika misalkan suami saya merokok karena setiap hari berdua kalau yang menghisap enak langsung dikeluarkan asapnya tetapi kita yang pasif menghisap asap rokok malah lebih para yang pasif," ujarnya.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016