Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencanan (BNPB) mengatakan curah hujan pada musim kemarau atau kemarau basah membantu meminimalisasi titik panas yang ada di Indonesia.
BNPB menyebutkan tahun ini titik panas mengalami penurunan sebesar 61 persen, pada Agustus 2015 BNPB mencatat ada 32.734 titik api dan tahun ini berkurang menjadi 12.884 titik api.
"Salah satu faktornya adalah cuaca, apalagi pada September biasanya menjadi masa paling kritis musim kemarau, tetapi tahun ini September sudah musim hujan. Hujan akan membasahi wilayah selatan garis khatulistiwa," kata Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Senin.
Namun, daerah sebelah utara garis khatulistiwa masih perlu mewaspadai terjadinya kebakaran hutan, terutama daerah Riau, Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Tengah.
Selain itu, kesiapan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dinilai juga semakin membaik dalam melakukan pencegahan kebakaran hutan.
Menurut dia meski titik api telah mengecil, tetapi kebakaran yang terjadi masih disebabkan oleh ulah manusia. Tahun ini kebakaran banyak terjadi di luar lahan konsesi yaitu di kebun, di lahan masyarakat dan di hutan lindung.
"Untuk membuat kebakaran itu menjadi nihil mungkin sulit, karena masyarakat Indonesia masih sering membakar hutan untuk membuka lahan. Yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan pembakaran tersebut," kata dia.
Satgas kebakaran hutan pun melakukan patroli udara dan darat untuk memantau dan mencegah terjadinya pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat.
Dia menyebutkan pada saat ini ada 135 titik api yang tersebar di Indonesia yang berpotensi menyebabkan kebakaran, dan 85 diantaranya berada di Riau.
Kebakaran di Riau saat ini banyak terjadi di Kabupaten Rokan Hilir, Sumatera Selatan, di mana di tempat tersebut terdapat 71 titik api dan menyebabkan asap terbawa hingga ke Singapura.
Namun BNPB menyebutkan asap tersebut dalam konsentrasi yang kecil dan tidak membahayakan kesehatan.
Hingga saat ini pemerintah Singapura belum melayangkan nota keberatan atas asap kebakaran hutan tersebut.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016