Jakarta (ANTARA News) - Salah satu dokter yang menangani Wayan Mirna Salihin di unit gawat darurat Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, sempat menduga korban meninggal akibat pecah pembuluh darah di dalam kepala.
"Karena saya pernah menangani pasien dengan pembuluh darah pecah dan gejalanya mirip (dengan Mirna), akhirnya saya tawarkan untuk melakukan pemeriksaan CT Scan," kata dr. Ardianto saat bersaksi dalam sidang lanjutan perkara pembunuhan Mirna dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin.
Namun, ia menjelaskan, setelah dilakukan prosedur pemindaian tulang tengkorak dan otak, hasilnya normal.
"Ditujukan untuk melihat apakah ada pembuluh darah pecah di otak. Setelah dilakukan ternyata hasilnya normal," kata Ardianto.
Dari segi tubuh secara keseluruhan, ia mengatakan kondisi Mirna normal, tetapi di daerah bibir terdapat tanda kebiruan yang terlihat dari luar.
"Korban saat itu diinfus tetapi tidak berjalan. Dilihat dari pergerakan infus, tidak ada yang masuk," ujarnya.
Wayan Mirna Salihin kejang-kejang seusai meminum es kopi Vietnem di Kafe Olivier Jakarta Pusat kemudian tewas di RS Abdi Waluyo pada 6 Januari 2016.
Jaksa penuntut mendakwa teman Mirna, Jessica Kumala Wongso, dengan tuduhan pembunuhan berencana atas perkara itu.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016