Tidak peduli jarak terbentang antar kampung halaman dengan kota suci Mekkah, banyak jamaah haji Indonesia yang masih membawa kebiasaan lamanya di tanah air.
Bicara tentang kebiasaan di tanah air, pada Ahad(28/8) siang waktu Arab Saudi, para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Mekkah dibuat terkejut saat mendapat laporan bahwa salah satu mesin penyemprot air yang menyertai detektor asap menyala di salah satu pemondokan di Sektor Empat.
Belajar dari pengalaman lalu saat sebuah kamar di salah satu pemondokan terbakar, para petugas kemudian langsung menuju lokasi laporan terjadinya peristiwa itu yaitu lantai empat Hotel Holiday Inn untuk mengamankan jamaah.
"Setelah dicek hanya satu kamar tapi karena berputar lama maka airnya mengalir ke mana-mana, ke dua kamar di sebelahnya dan lorong di jalan," kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat.
Menurut Arsyad, mulanya semua mengkhawatirkan terjadinya kebakaran namun ternyata setelah dicek sama sekali tidak ada asap di kamar itu.
Sprinkler itu ditengarai menyala karena seorang nenek jamaah asal Bogor menggunakannya untuk membuat tali jemuran guna menggantungkan baju.
"Awalnya saya tidak percaya tapi menurut jamaah yang tinggal di sekitar, nenek ini memanjat dengan menggunakan tas. Dia juga tidak tahu, dan kaget ketika air keluar," katanya.
Akibat ulah si nenek maka sejumlah jamaah harus dievakuasi karena butuh waktu untuk mengeringkan kamar. "Kebetulan kamar di lantai atas masih kosong karena jamaah kloter berikutnya belum tiba," katanya.
Namun terlepas dari itu semua, Arsyad mengingat agar jamaah tidak melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya karena dapat merugikan banyak orang.
Kualitas pemondokan jamaah yang setara dengan hotel bintang tiga membuat sejumlah kamar dilengkapi dengan piranti yang modern, salah satunya adalah detektor asap yang sangat sensitif.
Dilaporkan masih banyak jamaah yang merokok di dalam kamar sehingga alarm kebakaran juga sering berbunyi yang mengejutkan seluruh jamaah karena harus dilakukan evakuasi untuk pemeriksaan.
Menyeberang
Selain kasus memasang tali jemuran yang berujung kegaduhan, salah satu kebiasaan jamaah Indonesia yang juga memicu kekhawatiran adalah kebiasaan menyeberang jalan tidak pada tempatnya.
Di Indonesia mungkin kebiasaan tersebut masih mendapatkan pemakluman walaupun juga berbahaya.
Namun di Kota Mekkah, yang memiliki kebiasaan mengemudi berbeda dengan di tanah air, kebiasaan itu bisa menjadi sangat berbahaya.
Mobil di Kota Mekkah dikenal memiliki kecepatan yang tinggi dan acap membelok mendadak. Mereka juga tidak terbiasa berurusan dengan orang yang menyeberang jalan sembarangan.
Oleh karena itu tercatat hingga hari ke-20 pemberangkatan jamaah haji terdapat dua kasus kecelakaan di Kota Mekkah yang melibatkan jamaah Indonesia.
Yang pertama terjadi pada Kamis (25/8/) saat sepasang suami istri dari embarkasi Surabaya tertabrak motor yang dikendarai oleh warga Arab Saudi di Jl Raya Ibrahim Al Halil, KM 1,7.
Menurut Kasie Perlindungan Jamaah Daker Mekkah Wagirun Tupan Towinangun, pasangan suami istri yang tinggal di pemondokan 905 itu hendak membeli pulsa di toko seberang jalan.
Walau motor tersebut sempat mengerem, namun tabrakan tak terhindarkan sehingga pasangan tersebut luka-luka dan harus mendapatkan perawatan di RS An Nur.
Kecelakaan lainnya terjadi di pemondokan 206 saat jamaah asal Padang menjadi korban tabrak lari saat menyeberang di kawasan Mahbas Jin.
Pantauan di kawasan Mahbas Jin memang banyak jamaah yang menyeberang di jalan dan tidak menggunakan underpass karena berbagai alasan.
Sekalipun underpass yang tersedia memang tidak cukup akomodatif bagi jamaah lanjut usia ataupun pengguna kursi roda tapi menyeberang jalan tidak pada tempatnya akan jauh lebih tidak aman.(T.G003/M019)
Oleh Gusti NC Aryani
Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2016