Lazuardi Kusumandaru dan beberapa rekan melakukan penelitian selama sekitar empat bulan untuk membuat alat-alat yang diperlukan untuk mengubah air lindi menjadi energi listrik.
"Banyak air lindi yang dihasilkan dari sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir Supiturang Kecamatan Sukun, bahkan sampai menjadi kolam. Dari 700 ton sampah yang ditampung di TPA setiap hari, setidaknya menghasilkan 42 liter air lindi. Jika air lindi itu tidak dimanfaatkan, dampaknya adalah pencemaran lingkungan," katanya di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Mahasiswa-mahasiswa Universitas Brawijaya itu memanfaatkan air lindi yang mengandung banyak karbohidrat dan protein yang dikonsumsi bakteri karena terinspirasi hasil penelitian seorang dosen luar negeri.
Bakteri yang menempel pada anoda (alat khusus yang sudah disiapkan tim), ia menjelaskan, akan menghasilkan elektron dan proton.
Ia menambahkan bahwa satu liter air lindi bisa digunakan untuk menghasilkan energi 500 Ml Volt dan 0,11 Ml Amper.
"Ada dua bak dengan anoda di dalamnya, selanjutnya bakteri akan menempel pada anoda dan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan elektron dan menghasilkan energi listrik," katanya.
Mereka berencana mengembangkan penelitian itu bekerja sama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang.
Kepala Bappeda Kota Malang Wasto sebelumnya menyatakan akan mendorong pemanfaatan air lindi sebagai alternatif sumber energi listrik terbarukan dengan memfasilitasi pencipta teknologinya.
Teknologi untuk mengolah air lindi menjadi energi listrik, ia mengatakan, bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar TPA Supiturang.
"Harapannya adalah terciptanya image yang baik mengenai limbah dalam mewujudkan masyarakat mandiri energi serta memberikan motivasi bagi masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan biomasa di sekitar lingkungan untuk konversi menjadi energi alternatif," ujarnya.
Bappeda juga berencana mengembangkan potensi kreatif warga dengan membentuk paguyuban bersama sebagai wadah dan tempat berkumpul para inovator untuk berdiskusi dan mengaplikasikan hasil karya mereka, serta membantu pematenan dan pemasaran teknologi itu dengan menggandeng Malang Creative Fusion (MCF), serta Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016