"Kami bidik segmentasi pasar menengah dan ingin menjadi pelopor pertama yang mempelopori virtual reality untuk siapa saja karena tidak harus mahal," kata Marketing Manajer Lenovo Indonesia, Miranda Vania Warokka di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, teknologi VR sebelumnya identik dengan teknologi premium karena hanya bisa dinikmati oleh konsumen yang membeli telepon pintar mahal dengan perangkat berupa kacamata VR yang harganya mahal pula.
Saat ini teknologi itu tertanam jenis telepon pintar Vibe K4 Note Vibe dan K5 Plus serta A7000 Special Edition yang sudah diperbaharui dengan sistem operasi terbaru dengan harga masing-masing ketiga jenis tersebut di bawah Rp3 juta.
Pengguna juga dapat merasakan layar seperti menonton di bioskop atau "theatermax" yang mengubah konten multimedia menjadi berkemampuan VR.
Di Indonesia pengembangan teknologi VR itu dilakukan bersama dengan pengembang anak bangsa.
Pengembang VR Decoding.com, Narenda Wicaksono menjelaskan bahwa teknologi itu membuat pengguna merasakan teknologi tiga dimensi yang dihasilkan melalui sistem komputerisasi.
"Semua orang bisa menikmati pengalaman tiga dimensi, merasakan kita berada di lingkungan fiksi dan nonfiksi," ucapnya.
Terkait penggunaan berupa piranti kacamata lensa khusus untuk menempatkan telepon pintar itu di depan mata untuk merasakan sensasi tiga dimensi, Narenda menyatakan bahwa teknologi tersebut telah dirancang oleh teknisi agar aman digunakan.
"Artinya ini sudah didesain tidak sembarangan," ucapnya.
Narenda mengungkapkan sejatinya teknologi VR tidak asing bagi kehidupan masyarakat karena digunakan di antaranya untuk pendidikan kesehatan, kesehatan dan operasi bedah, militer salah satunya teknologi "drone", seni dan arsitektur bangunan serta tentunya hiburan dan media.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016