Beijing (ANTARA News) - Asia Pulp and Paper (APP), salah satu unit usaha Sinar Mas Group yang menjadi produsen produsen kertas terbesar di dunia, pada Kamis mengumukan bahwa pihaknya membangun mega proyek baru di China, meski perusahaan itu berada di bawah investigasi pemerintah, karena diduga hasil pembalakan kayu liar. APP yang dimiliki perusahaan konglomerat Indonesia dari Sinar Mas Grup itu akan menanamkan modal totalnya 13,6 miliar dolar yuan (1,8 miliar dolar AS) di proyek yang terletak di pulau sebelah Selatan provinsi Hainan, kata eksekutif perusahaan itu Liu Xiaoling, layaknya dikutip AFP. Kapasitas produksi tahunan proyek itu diluncurkan di perusahaan yang memiliki fasilitas produksi untuk serat kayu eucalyptus di Hainan, akan mencapai 1,6 juta ton dan direncanakan mulai berproduksi 2009, katanya menambahkan. Produksi tahunan perusahaan di China saat ini lebih dari lima juta ton, demikian info di laman (situs Internet) perusahaan itu. Sementara itu, China Daily di edisi Kamis melaporkan bahwa perusahaan itu menghadapi investigasi pemerintah setelah dituduh oleh kelompok pecinta lingkungan Greenpeace terlibat pembalakan kayu liar (illegal logging) di hutan alam di pulau itu. Greenpeace mengatakan, perusahaan itu secara illegal menebang di hutan alam untuk membangun jalan dan hutan tanaman eucalyptus untuk bubur kertas dan kertas yang luasan yang besar di hutan lindung di Hainan. "Setiap aksi untuk merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati tidak diizinkan dan akan memperoleh hukuman," kata Jin Zhicheng, pejabat di kantor kehutanan kepada China Daily. Jin mengatakan, biro kehutanan provinsi Hainan telah mendapat instruksi untuk menyelidiki kasus itu namun sampai kini belum ada hasilnya. Dalam beritanya di Internet, perusahaan itu mengatakan, tuduhan itu sama sekali tidak benar. Dikatakan pemerintah lokal di Hainan telah mengunjungi area konsesi pada 2006 dan menemukan perusahaan itu juga tidak menanam pohon yang cepat tumbuh (fast-growing trees) di kawasan yang dilindungi maupun menebang hutan alam untuk perkebunan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007