Pekanbaru (ANTARA News) - Kepolisian Daerah Riau menyatakan kondisi Kota Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, sudah mulai kondusif pascakerusuhan massa pada Kamis (25/8).
"Situasi sudah kondusif, aman dan terkendali. Tidak ada lagi indikasi massa berkumpul mengarah ke anarkis," kata Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo, di Pekanbaru, Jumat.
Ia mengatakan Kapolda Riau Brigjen Supriyanto masih berada di Selat Panjang untuk melakukan mediasi dengan tokoh masyarakat dan menenangkan suasana. Selain itu, ada juga tim khusus yang akan menyelidiki pemicu amuk massa, yang informasinya akibat penangkapan yang dilakukan oleh personel Polres Kepulauan Meranti yang tidak sesuai prosedur, mengakibatkan seorang warga meninggal dunia.
"Kita kirim tim untuk investigasi untuk menyelidiki proses penangkapan itu. Kami meminta masyarakat untuk percayakan kepada kepolisian untuk penyelidikannya," kata Guntur.
Ia mengatakan dampak dari kerusuhan telah mengakibatkan kerusakan di Markas Polresta Meranti di Selat Panjang. Selain itu, terdapat satu korban jiwa dari warga bernisial IR (45) dalam kejadian itu.
"Saat bentrokan, korban terkena lemparan batu dari luar Mapolresta," katanya.
Kapolda Supriyanto bersama sejumlah unsur pimpinan jajaran Polda Riau juga telah menyambangi kediaman keluarga Apri Andi Pratama (24), tersangka pembunuh polisi yang tewas saat penangkapan. Kepada keluarga Andi, Supriyanto berjanji akan memimpin langsung proses penyelidikan dugaan pelanggaran prosedur hingga menyebabkan pegawai honorer Dispenda Meranti itu tewas di tangan polisi.
Apri Andi Pratama merupakan tersangka penikaman seorang anggota Polres Meranti, Brigadir Adil Tambunan. Adil pada Kamis (25/8) pukul 01.45 WIB tewas dengan sejumlah luka senjata tajam pada sekujur tubuh. Pascakejadian itu Kapolres Meranti AKBP Asep Iskandar memerintahkan anggotanya untuk mengejar pelaku.
Pelaku, Andi, berhasil dibekuk sekitar pukul 03.30 WIB atau dua jam pascapembunuhan itu. Pelaku pembunuhan dibekuk anggota di Desa Mekarsari, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Pada saat penangkapan, pelaku dikabarkan melawan petugas menggunakan badik sehingga polisi yang sudah melakukan upaya persuasif dan memberikan tembakan peringatan terpaksa melumpuhkannya dengan dua kali tembakan pada bagian kaki.
Tidak lama berselang, pelaku meninggal. Sejumlah desas-desus menyebutkan pelaku tewas akibat dianiaya polisi setelah tertangkap. Namun, hal itu dibantah Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo.
"Pelaku tewas akibat kehabisan darah saat akan dibawa ke RSUD," kata Guntur.
Pascatewasnya Andi, masyarakat Selatpanjang ramai-ramai mendatangi RSUD Meranti untuk menyaksikan langsung. Jumlah warga semakin banyak hingga mencapai ribuan. Warga menilai polisi secara sengaja menghabisi Andi saat penangkapan.
Suasana semakin memanas menjelang Kamis (25/8) siang. Sekitar 2.000 orang berkumpul dan bergerak dari RSUD ke Mapolres Meranti. Massa mengepung mapolres dan melempari dengan batu. Polisi bertahan dengan tameng dan sesekali meletuskan senjata peringatan ke udara. Namun jumlah massa semakin banyak hingga terakhir seorang warga terjatuh dengan luka pada bagian kepala.
Hingga kini, ratusan personel gabungan Brimob dan Sabhara Polda Riau, Polres Bengkalis, dan Polres Siak dikerahkan ke Meranti untuk menjaga kondisi pascakerusuhan.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016