Buktinya dua orang bisa kabur, kalau tidak dalam kondisi baik pasti mereka tidak bisa lari."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mendesak anggota kelompok pemberontak Abu Sayyaf menyerah dengan mengancam kelompok separatis tersebut segera membebaskan sandera.
"Presiden Filipina sedang memberikan waktu kepada kelompok pemberontak untuk menyerah saja. Ia mengatakan kalau menyerah tidak akan kenapa-kenapa, tapi kalau tidak menyerah akan dihabisi," ujarnya, mengutip sikap Presiden Duterte kepada Abu Sayyaf, di Kemenhan Jakarta, Kamis.
Mantan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) itu menjelaskan saat ini posisi Abu Sayyaf telah terdesak setelah diadakannya operasi besar-besaran yang melibatkan 11.000 personel militer Filipina di markas kelompok pemberontak bersenjata tersebut di perairan Sulu.
Menurut Ryamizard, lebih dari 100 anggota Abu Sayyaf tewas dalam operasi tersebut, dengan 37 anggota lain berhasil ditangkap dalam kondisi terluka.
Selain itu, Menhan juga mengemukakan kini kelompok separatis Filipina bersenjata itu semakin kerepotan, karena harus terus memindahkan sandera mereka di tengah kuatnya desakan perlawanan dan serangan dari kelompok militer Filipina.
Terkait dengan delapan Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih disandera, Menhan menyampaikan kondisi mereka saat ini diyakini dalam keadaan baik.
"Buktinya dua orang bisa kabur, kalau tidak dalam kondisi baik pasti mereka tidak bisa lari," kata mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Pangkostrad TNI AD) itu.
Walaupun meyakini kondisi para sandera masih dalam keadaan aman, Ryamizard menambahkan bahwa pemerintah tetap mengupayakan sejumlah jalur diplomasi dengan Pemerintah Filipina agar pembebasan delapan sandera lainnya dapat lebih cepat dilakukan, yakni diplomasi antarmenteri luar negeri, serta pelaksanaan komitmen kerja sama trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina.
Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016