Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian mendukung produksi serat rayon untuk kebutuhan tekstil oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), karena mampu memperkuat struktur industri tekstil di dalam negeri.
"Rayon kan alternatif bahan baku tekstil. Indonesia tidak punya kapas. Ini bisa jadi subtitusi impor," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai bertemu Presiden Direktur RAPP Tony Wenas di Jakarta, Kamis.
Adapun serat rayon yang akan diproduksi RAPP menggunakan bahan baku tumbuhan accasia, yang tumbuh di lahan gambut.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, produksi serat rayon tersebut sangat penting untuk memperkuat struktur industri tekstil, sehingga mampu meningkatkan daya saing.
"Kalau dibilang tekstil itu sunset industri, ya enggak juga karena sesungguhnya yang harus diperkuat struktur industri ini. Kita justru bergerak ke arah struktur industri yang makin kuat dengan adanya proyek rayon ini," ujar Panggah.
Menurut Panggah, saat ini rayon sudah diproduksi di Indonesia namun menggunakan bahan baku bernama staple fiber yang masih diimpor dari India.
Investasi yang ditanamkan RAPP melalui PT Sateri Viscose Internasional (SVI) ini akan menambah kapasitas produksi serat rayon sebesar 350 ribu ton dari kapasitas yang ada sebesar 600 ribu ton.
Panggah menambahkan, dengan nilai investasi Rp15 triliun, SVI akan mulai memproduksi rayon dari hulu menjadi dissolving pulp kemudian rayon.
"Jadi terintegrasi. Ini bagus sekali. Jadi nanti disamping akan memperkuat sturktur industri tekstil, juga bisa ekspor," tukas Panggah.
Pembangunan pabrik yang berlokasi di Pelalawan, Riau, tersebut akan menyerap 4.230 orang pada tahap konstruksi dan 1.218 orang pada tahap operasi pabrik.
Untuk itu, Kemenperin mendorong agar pembangunan pabrik dapat cepat direalisasikan, sehingga bisa lebih cepat memperkuat struktur industri tekstil nasional.
"Sekarang Kemenperin minta supaya semua pihak mendukung terhadap proyek ini. Saat ini masih ada sedikit hambatan terkait izin untuk Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan RT RW. Mudah mudahan tidak masalah," ungkap Panggah.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016