Ankara menuduh Gulen, yang mengasingkan diri di Pennsylvania sejak 1999, mendalangi upaya kudeta berdarah bulan lalu.
Dalam konferensi pers gabungan berkenaan dengan kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden di Ankara, Binali mengatakan Turki mengapresiasi para ahli hukum AS yang sekarang memroses ekstradisi Gulen ke Turki.
"Ini menunjukkan masalah ini ditangani serius oleh AS," katanya.
Perdana Menteri Turki menekankan bahwa hubungan Turki-AS tidak boleh terganggu oleh upaya kudeta 15 Juli atau masalah lainnya.
Dia mengatakan Partai Uni Demokratik (PYD) dan Unit Perlindungan Rakyat (YPG), yang dianggap sebagai cabang Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang dinilai ilegal, tidak boleh menyebar di barat Eufrat dan Turki dan AS punya pandangan yang sama tentang masalah ini.
Dia meminta AS meninjau posisinya tentang hubungan antara PYD, YPG dan PKK.
Ia menegaskan bahwa Turki tidak akan menerima keberadaan formasi baru Kurdi di perbatasan selatan, yang dianggap sebagai ancaman besar bagi keamanan.
"Operasi militer dilancarkan di tenggara Turki dan bagian utara Suriah untuk memerangi kelompok-kelompok teroris guna menjaga keamanan perbatasan," katanya.
Pada bagiannya, Wakil Presiden Joe Biden mengatakan bahwa Washington tidak berkepentingan melindungi siapa pun yang membahayakan sekutu, tapi standar legal harus dipenuhi dalam proses ekstradisi Gulen.
"Kami memahami perasaan intens Turki terhadap Gulen dan ahli-ahli hukum kami bekerja sama dengan timpalan mereka dari Turki," kata Biden seperti dikutip kantor berita Xinhua.
Dia menekankan bahwa AS tidak memiliki pengetahuan awal tentang kudeta Turki dan tidak akan pernah mendukung perilaku pengkhianatan semacam itu.
Para pejabat AS juga mengutuk serangan dalam acara pernikahan Sabtu di Gaziantep yang menewaskan sedikitnya 54 orang, termasuk 29 anak, dan serangan PKK di bagian tenggara Turki.
Ia menambahkan bahwa pasukan Kurdi Suriah akan kehilangan dukungan AS jika mereka tidak mundur ke timur Eufrat.
Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016