Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta sesaat setelah pembukaan perdangangan Kamis, melemah delapan poin ke posisi 9.113/9.119 per dolar AS dari 9.105/9.210 per dolar AS pada penutupan hari sebelumnya. Menurut Analis Valas dari Bank Niaga, Noel Chandra, melemahnya nilai tukar rupiah itu lebih disebabkan oleh intervensi Bank Indonesia (BI) yang mencoba menahan rupiah tidak menembus level 9.100 per dolar AS. BI menginginkan rupiah tetap berada pada 9.100 per dolar AS untuk saat ini, sehingga tidak merugikan industri atau kalangan usaha dalam negeri, katanya kepada ANTARA di Jakarta.. Rupiah sebelumnya sempat menyentuh 9.095 per dolar AS karena respon positif pasar, namun BI segera melakukan intervensi dengan melepas dolar AS sampai rupiah kembali ke kisaran 9.100.Namun, lanjutnya koreksi terhadap rupiah tidak besar, karena pelaku pasar saat ini sedang memfokuskan perhatian terhadap berbagai indikator ekonomi AS seperti gaji buruh (payrroll) dan tenaga kerja AS selama Maret lalu diperkirakan meningkat. Para pelaku pasar juga masih ragu-ragu untuk masuk pasar menjelang keluarnya laporan tenaga kerja AS, karena itu dolar AS di pasar regional berada dalam kisaran yang ketat, katanya. Dolar AS terhadap yen mencapai 118,65 cenderung stabil, ero pada 1,3375 per dolar AS. Ia mengatakan, AS juga masih khawatir dengan situasi inflasi yang terjadi di dalam negeri yang cenderung meningkat yang menghambat pertumbuhan ekonominya. Meski demikian penjualan sektor perumahan yang cukup baik memberikan anggapan bahwa ekonomi AS tidak seburuk yang diduga sebelumnya, katanya. Walaupun tertekan, menurut dia rupiah berpeluang untuk menguat lagi, karena pelaku asing masih tetap aktif bermain di pasar saham melakukan pembelian, sehingga indeksnya meningkat yang diperkirakan akan bisa mencapai 2.000 poin. Apalagi kondisi di dalam negeri cukup tenang tidak ada gejolak politik yang memberikan gambaran negatif, sehingga memberikan kenyamanan bagi investor asing untuk terus bermain saham di pasar modal, kata Noel Chandra.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007