Buku ini bisa menunjukkan bahwa sejarah akan selalu menyangkut manusia dengan segala kesenangan dan kepedihannya,"
Jakarta (ANTARA News) - Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara meluncurkan novel grafis karya serdadu Belanda Flip Peeters yang berada di Indonesia sejak 1948 sampai 1950 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta, Rabu.
Buku novel grafis ini sendiri berjudul "Lieve Gerda" yang dialihbahasakan menjadi "Gerda Sayang". Penerbitan dalam bahasa Indonesia, yang untuk pertama kalinya, merupakan hasil kerja sama dengan Museum Bronbeek, Belanda.
"Buku ini bisa menunjukkan bahwa sejarah akan selalu menyangkut manusia dengan segala kesenangan dan kepedihannya," ujar Direktur Utama LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat pada peluncuran buku tersebut.
Novel grafis "Gerda Sayang" ini sendiri merupakan kumpulan gambar ilustrasi dari buku harian Flip Peeters sejak dia mulai tiba di Indonesia pada tahun 1948, saat terjadi Agresi Militer Belanda II sampai kembali ke Belanda pada tahun 1950.
Penuh dengan guratan warna, novel ini menampilkan sisi lain dari kehidupan tentara Belanda di Indonesia yang identik dengan darah dan pertempuran.
Flip Peeters dengan perinci menggambarkan bagaimana dirinya dan tentara lainnya beradaptasi di lingkungan baru berjarak ribuan kilometer dari kampung halamannya. Tentang kerinduan, tentang mengisi waktu luang sampai bagaimana dia bersedih karena sejawatnya tewas dalam pertempuran diabadikan oleh buku ini.
"Fleep menggambar ini ketika dia bertugas di Jawa Tengah, meliputi beberapa kota, seperti Semarang dan Purwokerto," ujar Willy Adriaans, peneliti Museum Bronbeek yang juga penerjemah novel grafis ini ke dalam bahasa Indonesia.
Willy mengatakan bahwa kumpulan gambar itu pernah dipamerkan di Belanda pada tahun 2011. Saat itu banyak yang tertarik karena kisah dari Flip memang cenderung diendapkan oleh zaman.
Karya Flip, tutur Willy, menarik karena mengisahkan tentang seorang anak muda Belanda yang dikirim ke Indonesia, tanpa tahu harus melakukan apa di tempat tujuannya.
"Kadang mereka bertanya-tanya untuk apa mereka berperang," katanya.
Sementara itu, sastrawan Seno Gumira Ajidarma menganggap buku itu berhasil melepaskan diri dari segala sifat permusuhan antara Belanda dan Indonesia walau penulis novel ini sejatinya pihak yang berlawanan dengan Indonesia.
"Ketika kita membaca buku ini, kita tidak seperti melihat catatan seorang musuh," tutur Seno.
Adapun peluncuran buku novel grafis Gerda Sayang merupakan rangkaian dari kegiatan Pameran 71 Tahun Revolusi yang diadakan Perum LKBN Antara di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta Pusat.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016