Yerusalem (ANTARA News) - Militer Israel melakukan serangkaian penggerebekan di pabrik-pabrik pembuatan senjata di wilayah pendudukan Tepi Barat dalam operasi terbesar dalam beberapa tahun terakhir menurut keterangan militer Israel, Selasa (23/08).
Tentara Israel menggerebek tujuh lokasi di wilayah Palestina tersebut dan menemukan sejumlah mesin pembuatan senjata menurut seorang pejabat militer yang memberikan informasi kepada kantor berita AFP tanpa menyebutkan nama.
Video militer yang dipublikasikan daring menunjukkan senapan dan amunisi sitaan dalam jumlah besar.
"Dalam enam dari tujuh gudang kami menemukan senjata-senjata berteknologi canggih," kata pejabat militer itu.
"Ini bukan seseorang yang punya senjata di garasi, ini orang yang hidup dari itu. Dengan menutup pabrik-pabrik itu, kami yakin harga senjata akan naik dan (lebih sedikit) orang yang bisa mendapat senjata."
Dia mengatakan penggerebekan itu merupakan operasi penyitaan senjata terbesar dalam beberapa tahun terakhir dan dua orang yang diduga agen senjata diringkus.
Sejak awal 2016, militer Israel sudah menutup 29 pabrik pembuatan senjata di wilayah pendudukan Tepi Barat menurut keterangan kepolisian.
Warga Palestina di Tepi Barat dilarang memiliki senjata kecuali mereka yang menjadi bagian aparat keamanan.
Militer Israel memperkirakan masih ada ribuan senjata di wilayah Palestina.
Gelombang kekerasan yang terjadi sejak Oktober telah menewaskan 220 warga Palestina, 34 orang Israel, dua warga Amerika, seorang warga Eritrea dan seorang warga Sudan menurut perhitungan AFP.
Secara terpisah, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pengungsi Palestina pada Senin mengungkapkan keprihatinan mereka atas tewasnya seorang pengungsi Palestina pada 16 Agustus saat militer Israel menggerebek kamp pengungsi Fawwar dekat Kota Hebron.
"Seorang pengungsi Palestina berusia 19 tahun yang tidak membawa senjata asal kamp pengungsi Fawwar tewas ditembak di bagian dada menggunakan peluru tajam yang ditembakkan oleh penembak jitu Israel dari jarak sekitar 100 meter" menurut laporan UNRWA.(ab)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016