Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda mengatakan pemerintah Irak telah menyatakan apresiasinya pada inisiatif Indonesia guna mendiskusikan rekonsiliasi Irak dengan para ulama dunia dan berjanji untuk membantu mensukseskan inisiatif tersebut sekalipun tidak mengirimkan delegasi. Pernyataan itu dikemukakan Menlu RI kepada wartawan seusai penutupan Konferensi Internasional Para Pemimpin Umat Islam untuk Rekonsiliasi Irak di Istana Bogor, Rabu malam. Mengenai ketidakhadiran delegasi dari Irak, sebenarnya pada hari Senin pekan lalu Wakil Perdana Menteri Irak dalam suatu pernyataan di PBB di New York telah menyatakan apresiasinya terhadap inisiatif pemerintah Indonesia, berserta organisasi Islam terbesar NU dan Muhammadiyah. Wakil PM Irak saat itu menjanjikan untuk membantu apa yang mereka dapat bantu untuk lancarkan konferensi, katanya. Menurut Menlu, dari komunikasi antara kedua pemerintah telah diperoleh kepastian mengenai kehadiran lima orang delegasi Irak sekalipun waktunya sangat berdekatan dengan tenggat akhir, yang batal di saat terakhir. "Tapi harus dimengerti, Irak adalah negara dalam situai konflik, perjalanan juga tidak mudah," ujarnya. Namun, lanjut dia, hal itu tidak mengurangi makna dari konferensi itu karena yang hadir dalam konferensi adalah tokoh-tokoh besar ulama atau para pemimpin Islam baik dari kelompok Sunni maupun Syiah yang memiliki kewenangan dalam tidak hanya masalah agama inamun juga pengaruh pada publik. "Oleh karena itu seruan kita pada para ulama adalah untuk menyeru pada pihak-pihak atau kelompok di Irak," katanya. Sementara itu Pemimpin PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan bahwa berkurangnya personel bukan berarti konferensi itu tidak berguna. "Kalau tempo hari saya menyampaikan rasa pesimis bukan berarti tidak ada gunanya, tapi gunanya berkurang karena ada personel yang kurang," katanya. Padahal personel-personel itu adalah bagian dari pelaksana di lapangan, ujarnya. "Namun, kalau sekarang ini baru separuh ya tidak apa-apa, nanti bisa dilakukan tahap kedua," katanya. Menurut Hasyim, karena kelompok Sunni-Syiah masih bertikai di Irak maka kelompok-kelompok di luar Irak turut berkepentingan guna mendukung kawannya agar tidak kalah. "Ini yang harus diurai termasuk konferensi di Baghdad yang hanya membahas mengenai bagaimana negara tetangga tidak memasok senjata ke pihak yang bertikai, belum ke pokok persoalannya. Jika Indonesia berhasil dengan ini (konferensi) maka akan merupakan langkah besar," katanya. Pada kesempatan sebelumnya Hasyim mengatakan bahwa pertemuan yang diharapkan dapat menghasilkan solusi efektif untuk menghentikan konflik di Timur Tengah itu hasilnya kemungkinan kurang dari yang diharapkan akibat ketidakhadiran sejumlah tokoh. Padahal, kata Hasyim, awalnya para ulama Sunni dan Syiah menyambut baik pertemuan tersebut. Hanya saja mereka mengajukan tiga syarat. Pertama, Indonesia benar-benar netral. Forum itu tidak semata untuk kepentingan Syiah maupun Sunni, tetapi ukhuwah Islamiah, serta tidak dalam bayang-bayang Amerika Serikat atau Israel. Kedua, Indonesia harus punya akses ke PBB agar hasil pertemuan itu mendapat perhatian PBB. Ketiga, Indonesia juga harus serius dalam mensosialisasikan hasil pertemuan tersebut, tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya yang diselenggarakan di berbagai negara yang ternyata tidak efektif. Setelah Indonesia mendukung resolusi DK PBB yang memberi sanksi pada Iran, kata Hasyim, maka syarat-syarat itu otomatis tak terpenuhi. Para ulama menganggap Indonesia telah berpihak. "Pertama kali yang tidak percaya tentu Iran dan ulama negara itu. Mereka pasti memberitahukan hal itu kepada kekuatan ulama-ulamanya yang berada di luar Iran, termasuk yang berada di daerah-daerah pergolakan," katanya. Sekitar 18 orang pemimpin Islam dari 8 negara --Iran, Lebanon, Suriah, Pakistan, Jordania, Mesir, Malaysia dan Indonesia-- dijadwalkan untuk hadir dalam pertemuan itu. Sementara itu konflik sektarian yang meluas di Irak pasca pendudukan Amerika Serikat (AS) telah mengakibatkan jatuhnya korban meninggal hingga hingga puluhan ribu warga sipil Irak. Awal Maret 2007 sejumlah negara di Timur Tengah, AS, dan Eropa telah menggelar pertemuan Baghdad guna mencari penyelesaian damai bagi kasus Irak.(*)

Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007