Teheran (ANTARA News) - Iran hari Rabu membebaskan 15 pelaut Inggris sebagai "hadiah" dalam ahir dramatik sampai cobaan berat dua pekan, yang memicu kegawatan baru diplomatik antara Teheran dan Barat. Saat keluarga dan teman meletupkan gabus sampanye di Inggris, anggota angkatan laut itu tampak di televisi negara bercakap-cakap dengan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad setelah kejutan pengumumannya atas pembebasan mereka. "Walaupun Iran berhak menuntut mereka dengan mengikuti cara nabi, ke-15 orang itu diampuni dan kebebasan mereka diberikan sebagai hadiah bagi Inggris," kata Ahmadinejad dalam temu pers di Teheran. Pengumuman itu disambut pemerintah Inggris dan Amerika Serikat dan keluarga tawanan tersebut, beberapa di antaranya diperagakan beberapa kali di televisi negara, mengaku masuk tanpa izin di perairan Iran. Seorang pembantu presiden itu menyatakan ke-14 laki-laki dan satu wanita itu akan terbang dari Teheran pada Kamis, walaupun Ahmadinejad sebelumnya menyatakan mereka akan pulang pada Rabu. Kedelapan pelaut dan tujuh anggota marinir itu, semua berusia 20-an tahun, ditangkap dengan todongan saat meronda Teluk utara antara Iran dan Irak pada 23 Maret. Perdana Menteri Inggris Tony Blair menyambut pembebasan mereka, kendati jurubicara menolak menanggapi tentang kemungkinan syarat dalam pembebasan tersebut. "Ketidaksepakatan kami dengan pemerintah Anda kami harap dapat dipecahkan secara damai," kata Blair dalam tanggapan ditujukan kepada rakyat Iran, "Kami tak memiliki niat jahat." Keluarga tahanan itu meledak dalam kegembiraan dan kelegaan atas berita itu. "Kami mutlak sedih 13 hari terahir, merupakan yang paling panjang dalam hidup saya. Saya sangat bahagia hari ini," kata April Rawsthorne, nenek pelaut Nathan Summera (21 tahun), memeluk botol sampanye. Media negara Iran menyatakan ke-15 orang itu "berteriak gembira" ketika berita pembebasan mereka disiarkan. "Kami berterima kasih untuk pengampunan Anda," terdengar satu pelaut berkata kepada Ahmadinejad, yang pada gilirannya memberi selamat kepada mereka, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007