Papua ini indah, punya banyak keunikan dan keindahan panorama alam ...."
Jayapura (ANTARA News) - Gubernur Lukas Enembe mengatakan agenda pelaksanaan Konferensi Keanekaragaman Hayati dan Kekayaan Budaya Papua yang akan digelar pada September tahun ini merupakan bagian dari promosi daerah untuk mendatangkan nilai tambah bagi Papua di mata internasional.
"Papua ini indah, punya banyak keunikan dan keindahan panorama alam yang benar-benar alami. Ini akan bernilai lebih jika digunakan dan dimanfaatkan untuk menambah ekonomi keluarga. Nah, salah satu tujuan dari pelaksanaan ini adalah mendorong terjadinya ekowisata dan ekonomi kreatif di Papua," katanya dalam rilis yang diterima Antara di Kota Jayapura, Papua, Senin.
Ekowisata dan ekonomi kreatif merupakan satu paket untuk mendatangkan nilai tambah bagi masyarakat yang ada di Bumi Cenderawasih yang sering kali dijuluki "Surga Jatuh ke bumi" seperti lagu yang dinyanyikan.
Keunikan dan keindahan panorama alam Papua, baik di laut dan di darat sebenarnya sudah menggaung keluar negeri sejak lama, bahkan Asmat yang terkenal dengan ukirannya sudah mendunia. Suku Koroway dengan rumah pohonnya, menjadi sejumlah inspirasi beberapa pihak untuk mendirikan penginapan atau hotel di atas pohon.
Panjangnya sungai Mamberamo dengan pegunungan Foja yang terkenal dengan tanaman dan tumbuhan serta hewan endemik telah mengisi sejumlah kolom di berbagai majalah dan berita online.
Belum lagi soal burung surga Cenderawasih yang terus diburu karena keindahannya. "Soal burung Cenderawasih, salah satunya nanti yang akan digaungkan untuk tidak lagi digunakan dalam kegiatan resmi dijadikan topi penyambutan tamu, ini bisa diganti dengan imitasinya atau bentuk lainnya," katanya.
Soal keindahan laut, jangan diragukan lagi dengan gugusan pulau Padaido yang ada di Kabupaten Biak Numfor di bawahnya ada bangkai pesawat tempur masa Perang Dunia kedua, lalu wisata bawah laut di Nabire yang terkenal dengan Taman Laut Nasional Teluk Cenderawasih, salah satunya berwisata ke Pantai Nusi.
"Itu tadi baru berbicara soal di pesisir pantai, ngarai dan lembah belum ke arah pegunungan yang ada Puncak Cartenz-nya. Ini saja sudah menjadi contoh untuk dijadikan ekowisata dan ekonomi kreatif. Tinggal pengelolaannya saja yang butuh sentuhan tangan-tangan profesional, yakni pihak ketiga, para investor," ujarnya.
Para pemilik hak ulayat tanah ataupun masyarakat di sekitar daerah wisata, tentunya akan dilibatkan untuk mendorong terciptanya ekowisata yang lebih cenderung ke arah wisata konservasi alam, di mana kearifan lokal akan dikedepankan sehingga nilai tambah yang dimaksudkan tadi bisa terwujud, ekonomi daerah bertambah dan Papua mempunyai nilai positif di mata dunia.
"Terkait hal ini, saya sudah minta instansi terkait untuk mendata tempat-tempat yang pantas dan layak untuk di dorong menjadi daerah ekowisata dan ekonomi kreatif. Termasuk meminta kepada panitia penyelenggara untuk nanti bisa mengantarkan para tamu undangan atau pun para peneliti serta akademisi dari luar negeri yang jadi peserta konferensi mengunjungi beberapa tempat wisata yang terjangkau dan bisa dijadikan contoh," katanya.
Konferensi Keanekaragaman Hayati dan Kekayaan Budaya Papua akan digelar pada 7-10 September 2016 di Kota Jayapura, dengan mengambil tempat di Gedung Sasana Krida, Kantor Gubernur Papua, termasuk akan dilaksanakan pameran budaya di GOR Cenderawasih selama pelaksanaan konferensi.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016