Bogor (ANTARA News) - Desakan bagi pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk keluar dari Irak semakin mengkristal dalam "Konferensi Internasional Pemimpin Umat Islam" di Istana Bogor, Jawa Barat (Jabar), yang berakhir pada Rabu petang. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi, mengatakan bahwa para ulama yang hadir dalam konferensi tersebut sepakat bahwa untuk pemulihan secara menyeluruh, hengkangnya pasukan AS dari Irak menjadi syarat utama, untuk kemudian digantikan dengan pasukan dari negara Islam tanpa ada kekosongan. Agresi pasukan koalisi yang dipimpin AS selama empat tahun di Irak dipandang sebagai penyebab utama konflik berkepanjangan di negara tersebut, karena hancurnya sendi-sendi kehidupan masyarakat dan kebudayaan. "Yang hancur termasuk persatuan rakyat yang sebelumnya juga sudah berpotensi untuk pecah," katanya. Selain itu, lanjut dia, pemerintahan pendudukan juga telah menimbulkan dendam di kalangan rakyat Irak. Namun, Hasyim Muzadi mengingatkan, perpecahan dan kerusakan yang terjadi di kalangan Islam juga merupakan kesalahan umat Islam sendiri selain proses pembusukan dari luar. "Oleh karenanya, harus ada penataan internal dalam kerangka `ukhuwah islamiyah`," kata dia. Serangan atau pun gangguan dari luar tidak mungkin bisa dihilangkan, jadi yang harus ditempuh umat Islam adalah dengan mengangkat kaumnya sendiri. Bagi kelompok Sunni dan Syiah, kata dia, tidak ada jalan lain selain menjalin persaudaraan sesama Muslim untuk menghindari separatisme. "Sunni dan Syiah tidak boleh saling menjatuhkan karena pada dasarnya pertentangan antara keduanya tidak lepas dari upaya adu domba dari pihak luar serta kolonisasi agama," katanya. Sementara itu, salah satu delegasi dari PP Muhammadiyah, Abdul Mukti mengatakan, delegasi Pakistan dalam pertemuan tersebut juga mendesak agar AS turut bertanggungjawab dalam rekonstruksi Irak. "Tidak hanya sekedar keluar, tapi AS juga harus bertanggungjawab," katanya. Konferensi yang diselenggarakan selama dua hari pada 3-4 April tersebut dihadiri oleh 15 ulama dari sembilan negara dan ditutup oleh Wakil Presiden, M. Jusuf Kalla. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007