Kami warga dari ring I (desa terdekat lokasi pabrik, red.) justru mendukung (pembangunan pabrik, red)."
Rembang (ANTARA News) - Sejumlah tokoh masyarakat dan warga dari lima desa terdekat dengan pabrik Semen Gresik di Rembang, Jawa Tengah, menyebutkan penolak pembangunan pabrik itu segelintir orang.
"Kami warga dari ring I (desa terdekat lokasi pabrik, red.) justru mendukung (pembangunan pabrik, red)," kata Dwi Joko Supriyanto, tokoh masyarakat Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Senin.
Setidaknya ada lima desa yang termasuk dalam ring I Pabrik Semen Gresik di Rembang, yakni di Desa Tegaldowo, Timbrangan, Pasucen, dan Kajar (Kecamatan Gunem), kemudian Desa Kadiwono (Kecamatan Bulu).
Mantan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Tegaldowo itu menegaskan sebenarnya warga sekitar, terutama yang berada di ring I merasa terbantu dengan keberadaan pabrik milik BUMN itu.
Namun, diakuinya ada sejumlah orang, di antaranya warga yang tinggal di ring I yang kurang sepaham dengan pendirian pabrik itu sehingga melakukan aksi penolakan sampai ke Istana Negara, Jakarta.
"Kalau boleh ngomong, dari yang 10 orang melakukan aksi sampai ke Jakarta itu tidak semuanya warga sini (ring I, red.). Yang warga Tegaldowo hanya dua orang, dan empat orang dari Desa Timbrangan," katanya.
Bahkan, Kepala SD Negeri 03 Tegaldowo itu mempersilakan untuk datang melihat langsung kondisi yang sebenarnya terjadi setiap saat dan bertanya kepada siapa saja warga yang tinggal di ring I.
"Informasi di luar memang simpang siur. Sampai Bu Rini (Menteri BUMN, red.) beberapa waktu lalu untuk memastikan keadaannya bagaimana. Ya, memang warga di sini nyatanya mendukung," katanya.
Joko mengatakan warga sekitar justru terbantu, mulai dari peningkatan akses pendidikan, infrastruktur, pertanian, hingga serapan tenaga kerja sejak sebelum pembangunan pabrik semen itu dimulai.
Senada dengan itu, takmir dan perangkat Desa Pasucen, Zarqi membenarkan adanya berbagai bantuan yang diberikan, berupa fasilitas hingga akses modal kepada warga untuk meningkatkan kesejahteraannya.
"Pembangunan tempat ibadah, kami membangun bersama dari nol. Alhamdulillah, dibantu pabrik semen (Semen Gresik, red.). Banyak juga warga kami yang sekarang bekerja di pabrik semen," katanya.
Meski demikian, di jalan masuk menuju areal pembangunan pabrik masih terdapat beberapa warga yang bertahan di tenda sebagai tanda penolakan tak jauh dari pos penjagaan petugas keamanan pabrik.
Salah satu warga, Narti (40) dari Desa Timbrangan mengakui menolak pembangunan pabrik itu karena tidak ingin kelestarian alam di wilayahnya rusak dan pegunungan yang selama ini ada tidak ditambang.
"(Dari pabrik, red.) sudah pernah datang. Diken mantuk (disuruh pulang), kulo boten purun. Niki (jaga tenda, red.) piket. Boten wonten sing nyumbang, sing mbayar (tidak ada yang membayar)," pungkasnya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016