Istana Bogor (ANTARA News) - Menteri Lura Negeri (Menlu) RI, Nur Hassan Wirajuda, menegaskan bahwa Indonesia mengupayakan pembentukan pasukan Islam untuk menggantikan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Irak. "Pasukan dari Negara-negara Islam diupayakan untuk menggantikan pasukan AS dan koalisnya di Irak," katanya dalam jumpa pers seusai Konferensi Pemimpin Ulama Internasional Untuk Rekonsiliasi di Irak di Istana Bogor, Rabu. Ia mengemukakan, tidak boleh terjadi kevakuman pasukan asing di Irak bila pasukan koalisi AS ditarik dari negeri itu. Disebutkannya, Indonesia siap membicarakan lebih lanjut dengan negara-negara anggota Organsiasi Konferensi Islam (OKI ) mengenai penggelaran pasukan Islam di Irak tersebut. Menlu saat menyampaikan konferensi pers itu didampingi oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin, dan Alwi Shihab sebagai Utusan Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk kawasan Timur Tengah. Bertalian dengan penggelaran pasukan Islam itu, Alwi Shihab, Hasyim Muzadi, dan Din Syamsuddin, menegaskan bahwa bila pasukan AS semakin lama bercokol di Irak, maka akan memperburuk situasi di Irak. "Negara-negara OKI termasuk Indonesia harus mendorong AS untuk segera mundur dari Irak dan digantikan oleh pasukan Islam. Bila AS tetap di Irak, maka bukan saja memperluas konflik, tapi juga akan mempengaruihi situasi politik dan keamaman di dunia Islam secara keseluruhan," kata Din Syamsuddin. Kendati demikian, Alwi Shihab mengakui bahwa penyebaran pasukan Islam itu bukan hal yang mudah, karena melibatkan banyak pihak. "Oleh karena itu, persoalan ini akan dibicarakan lebih lanjut dengan PBB, OKI dan negara-negara terkait lainnya Hasyim Muzadi mengatakan, pendudukan pasukan AS di Irak merupakan problem terbesar, yang tidak hanya menggulingkan Presiden Saddam Hussein, tapi juga menghancurkan negara itu secarta total. Sementara itu, konferensi yang dibuka Presiden Yudhoyono pada Selasa (3/4) dan ditutup oleh Wakil Presiden Yusuf Kallah pada Rabu (4/4) tersebut menghasilkan "Deklarasi Bogor", yang intinya mendesak semua faksi di Irak melakukan rekonsiliasi. Menlu Hassan mengatakan, sebanyak 24 ulama dari delapan negara menghadiri Konferensi di Bogor ini. Negara-negara yang menghadiri konferensi itu, yakni Irak, Pakistan, Mesir, Suriah, Lebanon, Palestina, Malaysia, Yordania, dan Indonesia sebagai tuan rumah. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007