Bogor (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, Rabu petang, secara resmi menutup Konferensi Pemimpin Islam Internasional yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, sejak Selasa (3/4). Sebelum menutup koferensi tersebut, Wapres berharap, agar konferensi bisa menghasilkan jalan terbaik bagi terwujudnya perdamaian di Irak. Dia mengatakan permasalahan yang terjadi di Irak sangat kompleks, karena menyangkut berbagai hal mulai dari masalah ekonomi, politik, dan militer. Namun, katanya, yang penting adalah bagaimana umat Islam, terutama di Irak, dapat bersatu untuk menyelesaikan berbagai persoalan tersebut secara baik. "Indonesia sebagai salah satu negara Islam dan bagian dari komunitas internasional sangat mendorong teciptanya penyelesaian masalah Irak secara damai," katanya. Wapres Kalla juga menegaskan komitmen Indonesia untuk membantu dan mendorong proses perdamaian di Irak. Dia menjelaskan, setiap konflik selalu didahului dengan masalah politik dan ekonomi. Indonesia selama ini juga memiliki pengalaman dalam menangani konflik politik dan ekonomi yang terkadang yang memasukkan unsur agama. "Namun, bukan berarti konflik itu tidak dapat diselesaikan. Karenanya, Indonesia mengharapkan deklarasi yang dihasilkan dari konferensi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi terwujudnya perdamaian di Irak," kata Wapres. Konferensi Pemimpin Islam Internasional digagas oleh pemerintah RI bersama dua organisasi Islam besar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Pertemuan yang langsung dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dihadiri 20an orang ulama yang sebagian berasal dari Timur Tengah. Di antara para undangan adalah Sheikh Mohammad Mehdi Taskiri tokoh Syiah Iran, Mahmood Al Sumai Dai tokoh Sunni Irak, I Khamal Mufti asisten Sekjen OKI dan Dato` Seri Tan Sri Sanusi Junid Presiden Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia. Sementara itu, delegasi dari Indonesia adalah Ma`ruf Amin (MUI), Mahfur Usman (NU), Syafii Maarif (Muhammadiyah), Yunahar Ilyas (Muhammadiyah)dan Jalaludin Rahmat (tokoh Syiah). (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007