Jakarta (ANTARA News) - Peluang Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan BI Rate cukup besar, setelah Laju inflasi Maret 2007 sekitar 0,24 persen, atau mengalami penurunan dibandingkan dengan inflasi bulan lalu yang mencapai 0,62 persen. "Besarnya peluang BI Rate untuk turun lagi harus diikuti pula oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) agar perbankan juga bisa menurunkan cost of fund (biaya dana) lebih lanjut," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. BI Rate, menurut dia, kemungkinan akan turun sebesar 25 basis poin menjadi 8,75 persen dari sebelumnya 9,00 persen, setelah sempat mencapai angka tertinggi 12,50 persen, namun secara perlahan-lahan kembali turun. Turunnya BI Rate hingga mencapai 9,00 persen itu diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh aktifnya perbankan menyalurkan kredit kepada masyarakat untuk mendorong meningkatnya fungsi intermediasi bank, katanya. Ia mengatakan penurunan BI Rate ini diharapkan akan diikuti pula oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) sebesar 50 basis poin, sehingga bunga BI Rate dan bunga penjaminan masing-masing mencapai 8,75 persen. LPS sebelumnya pernah tidak menurunkan bunga penjaminan yang masih bertengger di level 9,25 persen, ketika BI Rate turun 25 basis poin menjadi 9,00 persen dengan alasan untuk mempertahankan kepercayaan nasabah, katanya. Meski demikian, lanjutnya, penurunan BI Rate masih belum memberikan warna yang lebih baik terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, karena belum bergeraknya sektor riil, akibat belum aktifnya investasi investor asing. Investor asing masih mempertanyakan masalah keamanan dan kenyamanan berinvestasi di dalam negeri, karena berbagai faktor yang masih menghambat keinginan mereka untuk masuk pasar domestik, katanya. Pemerintah, menurut Kostaman, sebenarnya sudah melakukan berbagai perbaikan baik mengenai iklim investasi, keamanan dan kenyamanan, namun kebijakan ini masih belum optimal dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Negara-negara tetangga, selain melakukan perbaikan iklim investasi dalam satu atap, kenyamanan dan keamanan, serta kepastian hukum, mereka juga memberikan pajak nol persen kepada investor asing yang mendorong mereka lebih suka ke negara-negara tetangga tersebut, katanya. Ditanya mengenai relaksasi BI, ia mengemukakan perbankan sebenarnya sudah aktif menyalurkan kredit, yang terlihat makin besarnya permintaan kredit bank. Namun pemberian kredit juga harus diimbangi oleh kebijakan pemerintah dan penerapan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) ke sektor produktif, sehingga sektor riil akan dapat berjalan dengan baik. Kondisi ini didukung dengan masuknya investasi asing di dalam negeri yang pada gilirannya memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas, demikian Kostaman. (*)

Copyright © ANTARA 2007