Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Danareksa Research Institute (RSI), Yudi Sadewa, Rabu, mengungkapkan bahwa ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, BI-Rate, masih cukup besar.
"BI-Rate saya perkirakan turun 25 basis poin menjadi 8,75 persen karena gap dengan inflasi 6,52 persen (year to year) masih cukup besar," kata Yudi, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, gap yang lebih dari 2 persen ini masih memungkinkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan dilaksanakan pada Kamis besok untuk kembali melanjutkan penurunan BI-Rate-nya.
Inflasi Maret 2007 secara month to month sebesar 0,24 persen dan inflasi secara year on year 6,52 persen. Sedangkan secara tahun kalender inflasi mencapai 1,91 persen.
Selain itu, kata Yudi, stabilnya nilai tukar rupiah juga menjadi pertimbangan terhadap kebijakan yang akan di ambil dalam RDG.
"Penurunan BI-Rate 25 basis poin tidak akan menekan rupiah yang stabil dan pada level yang masih aman," tambahnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa dengan diturunkannya kembali BI-Rate diharapkan bisa segera mendorong pergerakan perekonomian Indonesia.
"Perekonomian Indonesia sepenuhnya belum bergerak, sehingga dengan penurunan suku bunga ini dapat cepat menggerakan sektor investasi," jelasnya.
Yudi juga menyinggung bahwa tentang disahkannya Undang-undang Penanaman Modal (UUPM) belum berdampak langsung pada tumbuhnya investasi pada tahun ini.
"Itu baru titik awal saja, perlu aturan turunan lainnya yang dapat mendukung pertumbuhan investasi di Indonesia," katanya.
Dalam jangka pendek ini penurunan suku bunga ini masih efektif untuk menggerakkan sektor riil yang saat ini masih bergerak lamban.
Guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, Yudi memperkirakan BI-Rate akhir tahun ini mencapai 7,5 persen. "Target ini termasuk agresif," ungkapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007