Istana Bogor (ANTARA News) - Rekonsiliasi merupakan kebutuhan mutlak bagi rakyat Irak untuk bangkit dari perang yang melanda negeri itu sejak agresi militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pada April 2003 silam. Pasukan asing hendaknya segera ditarik dari Irak untuk memberi kedaulatan penuh bagi negeri Seribu Satu Malam tersebut. Masyarakat dunia Islam, khususnya para ulama hendaknya selalu aktif mengajak umatnya untuk memberi bantuan moril dan materil bagi rakyat Timur Tengah yang sedang mengahadapi konflik, terutama di Irak, Palestina, Lebanon, dan kini Iran. Demikian benang merah pernyataan para tokoh Islam dalam Konferensi Pemimpin Islam Internasional Untuk Rekonsialisasi di Irak pada Selasa di Bogor, yang dihadiri sejumlah tokoh Islam dari sembilan negara tersebut. "Rakyat Irak harus realistis melihat masa depan, dan hendaknya beratu kembali untuk membangun negara mereka yang semakin hancur," kata Waqkil Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI) Ezzat Kamel Mukti, dalam pidato pembukaan konferensi tersebut. Desakan senada diutarakan Wakil Syeikh Agung Al-Azhar Mesir, Prof Dr Abdullah Alham Mogawer Hussein. "Rekonsiliasi sesama saudara seiman itu wajib hukumnya dalam Islam. Oleh karena itu, rakyat Irak harus menyadari hal ini terhindar dari saling bakubunuh," kata Syeikh Mogawer Hussein kepada ANTARA di sela-sela konferensi itu. Sementara itu, dua pemuka Islam yang berpengaruh di Indonesia, yakni Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Dr. Hasyim Muzadi, dan Ketua PP Muhammadiyah, Dr. Din Syamsyuddin, yang keduanya berpidato dalam bahasa Arab juga menyoroti bencana kemanusiaan di Irak. "Kelompok Sunni dan Syi`ah yang telah berabad-abad hidup rukun dana damai, namun kini telibat konflik sektarian. Sesungguhnya, konflik itu tidak berdisi sendiri, namun ditumbuhkan dari luar," kata Hasyim Muzadi. Dalam pengamatannya, Hasyim menilai, bangkitnya dendam sejarah antara kelompok Sunni dan Syi`ah sehingga tempat-tempat ibadah menjadi sasaran pengrusakan, sebenarnya dilakukan melalui gerakan intelijen yang didesain untuk kemenangan kaum penjajah asing. Adapun Din Syamsuddin mendesak agar pasukan asing segera ditarik dari Irak untuk memberi kesempatan masyarakat negeri itu memperoleh kembali kedaulatannya. "Negara Irak kini berada di bawah penjajahan asing. Oleh karena itu, pasukan asing hendaknya segera ditarik agar negara itu kembali memperoleh kadaulatannya," kata Din Syamsuddin yang juga pimpinan Majelis Ulama Indonesia itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007