Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin Hamas dan badan Eropa pada akhir April 2007. "Pada akhir bulan ini, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah pertemuan antara pemimpin Hamas dan badan Eropa di Istana Bogor," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di Konferensi Internasional Para Pemimpin Islam Untuk Rekonsiliasi Irak, di Istana Bogor, jabar, Selasa. Awal tahun ini Pemerintah RI menyatakan rencananya untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara tokoh-tokoh Hamas dengan individu-individu dari Uni Eropa dan Amerika Serikat sebagai bagian dari upaya untuk mendorong negara-negara Barat menerima pemerintah persatuan Palestina. Hal tersebut dilakukan karena pemerintah RI merasa berkeperluan untuk menjembatani agar pihak Barat dapat menerima pemerintah persatuan Palestina yang baru karena fakta jika Hamas sebagai kekuatan politik berhasil dalam pemilu secara adil, damai dan demokratis tidak dapat diabaikan. Dalam beberapa kesempatan Indonesia menyatakan bahwa seluruh pihak berkepentingan atas terciptanya perdamaian di kawasan Timur Tengah karena jika konflik Palestina-Israel tidak segera diselesaikan maka tidak hanya mengancam keamanan di Timur Tengah namun juga dunia. Pada kesempatan itu Presiden mengatakan bahwa pemerintah RI akan memaksimalkan perannya sebagai anggota tidak tetap DK PBB dengan bekerja keras untuk berperanserta memberikan solusi bagi setiap konflik di dunia, termasuk konflik di Timur Tengah dan juga Irak. "Indonesia telah berperan aktif dalam berbagai misi perdamaian PBB sejak krisis di Suez tahun 1955," katanya. Pada kesempatan itu Presiden juga mengemukakan bahwa Indonesia mendukung Iran untuk mengembangkan energi nuklir untuk tujuan damai. "Ini harus diselesaikan dengan jalan damai dengan negosiasi dan diplomasi. Kami juga mendorong Iran untuk terus bekerjasama secara transparan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) seperti yang diharapkan anggota IAEA," ujar Presiden. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, menurut Presiden, Indonesia juga sangat berharap dapat mendukung proses perdamaian di Irak. "Saya tidak dapat menerima bila sejumlah pernyataan mengatakan bahwa negara-negara Islam tidak terlalu perhatian dengan konflik yang terjadi di Irak. Itu tidak benar," kata Presiden. "Setiap umat Muslim sangat prihatin dan peduli dengan setiap umat muslim yang menjadi korban di Irak. Indonesia, sebagai negara dengan umat Muslim terbesar di dunia sangat peduli dengan masalah ini," ujar Presiden. Presiden berharap Indonesia dapat membawa kedamaiaan dan rekonsiliasi di Irak. "Ini adalah panggilan Islam, dan juga panggilan UUD 1945. Panggilan untuk bekerja bagi perdamaian dan keadilan sosial dimana saja di seluruh dunia, dan juga panggilan untuk kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif," ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007