Bogor (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keyakinannya bahwa para ulama akan lebih dapat diterima oleh warga Irak daripada kekuatan asing, dalam proses penyelesaian konflik Irak. Pernyataan tersebut dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada acara konferensi internasional para pemimpin umat Islam untuk rekonsiliasi Irak di Istana Bogor, Selasa. "Oleh karena itu saya mendesak para ulama agar turut berkontribusi mewujudkan perdamaian dan harmonisasi di Irak," katanya. Para ulama, lanjut dia, diharapkan dapat mendorong dialog berkelanjutan menuju rekonsiliasi dan saling memaafkan, tidak hanya demi kepentingan negara tapi juga umat. Presiden juga menilai, konflik sektarian yang terjadi di Irak bukan merupakan permasalahan mendasar antara kelompok Sunni dan Syiah di Irak. "Sebagian besar pengikut dua kelompok utama umat Islam itu dahulu hidup penuh damai dan harmonis di Irak. Mereka dapat mewujudkan itu kembali," kata Presiden. Menurut Presiden, warga Irak dapat kembali melakukan dialog dan belajar mempercayai satu sama lain sehingga dapat terhindar dari para provokator dan kembali memperkuat persaudaraan di bawah bimbingan para pemimpin umatnya. "Walaupun konflik di Irak unik, demikian juga konflik yang lain, namun penting bagi semua konflik agar penyelesaian damai jangka panjangnya melibatkan dialog, kepercayaan dan niat baik," katanya. Menurut Presiden apa yang terjadi di Irak sekarang adalah peperangan antara pikiran dan hati sehingga tidak dapat dimenangkan oleh senjata ataupun bom. Warga Irak, menurut Presiden, perlu mencapai rekonsiliasi nasional, dialog, ketenangan spiritual dan bimbingan dari pemimpinnya, rasa aman, harapan, pekerjaan, pendidikan, pelayanan kesehatan dan perasaan tidak sendirian. "Saya percaya itulah yang diperlukan, tidak hanya untuk Irak, tapi seluruh wilayah konflik, setidaknya dari pengalaman di Bosnia, Timor Leste dan Aceh, yang baru-baru ini kami berhasil mencapai perdamaian permanen yang mengakhiri konflik 30 tahun," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007