"Kemarin kami sudah mencoba trek itu, dan hari ini dapat kesempatan sekali lagi sebelum bertanding besok," kata pelatih balap sepeda BMX Indonesia, Dadang Purnomo, di Rio de Janeiro, Selasa.
Cabang sepeda BMX menjadi harapan berikut Indonesia mendulang medali terhormat setelah pasangan campuran bulutangkis, Tontowi/Liliana, akan bertarung di final bulutangkis nomor ganda campuran.
Jika mereka menang, bulutangkis akan kembali memberi emas bagi Indonesia. Jika kalah, tambahan medali perak dipastikan terjadi.
Olympic BMX Center di kawasan Deodoro, Rio de Janeiro akan menjadi arena pertandingan cabang balap sepeda BMX pada 17-19 Agustus.
Arena yang berdiri atas lahan seluas 4.000 meter persegi ini memiliki memiliki trek sepanjang sekitar 400 meter dengan berbagai rintangan seperti jalur step up yang tinggi dan juga sudut-sudut tajam.
Step up di trek Rio de Janeiro ini juga merupakan yang tertinggi dari trek-trek yang pernah dicoba oleh Tony Syarifudin.
Dadang mengatakan, sebelum ke Brasil, Toni sudah mencoba trek di San Diego, AS, yang merupakan replika dari trek Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
"Dalam persiapan menghadapi olimpiade ini, kami juga memperhatikan unsur keselamatan atlet. Karena dalam cabang BMX ini atlet rentan cedera saat bertanding maupun latihan," kata Dadang.
"Jangan sampai saat melakukan pertandingan resmi justru malah cedera. Seperti yang saya lihat ketika di San Diego, ada beberapa atlet yang cedera saat latihan di trek itu," tambahnya.
Toni Syarifudin akan tampil lomba balap sepeda BMX Olimpiade 2016 pada Rabu, diawali dengan sesi time trial. Kemudian hari berikutnya babak penyisihan, sedangkan babak final belangsung Jumat (19/8).
Sementara Ketua Umum PB Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Raja Sapta Oktohari mengatakan bahwa persaingan di Olimpiade ini cukup berat, karena para peserta dari negara lainnya umumnya memiliki arena trek BMX standar Olimpiade.
"Jadi mereka sudah biasa berlatih dan bertanding di trek standard Olimpiade," kata Oktohari yang juga sebagai chef de mission atau ketua kontingen Indonesia di Olimpiade 2016 ini.
Untuk ke depannya, pembinaan cabang balap sepeda BMX orientasinya harus ke Olimpiade, sehingga fasilitas dan program persiapannya pun perlu menyesuaikan dengan standar pesta olahraga sejagat itu.
Olympic BMX Center di kawasan Deodoro, Rio de Janeiro akan menjadi arena pertandingan cabang balap sepeda BMX pada 17-19 Agustus.
Arena yang berdiri atas lahan seluas 4.000 meter persegi ini memiliki memiliki trek sepanjang sekitar 400 meter dengan berbagai rintangan seperti jalur step up yang tinggi dan juga sudut-sudut tajam.
Step up di trek Rio de Janeiro ini juga merupakan yang tertinggi dari trek-trek yang pernah dicoba oleh Tony Syarifudin.
Dadang mengatakan, sebelum ke Brasil, Toni sudah mencoba trek di San Diego, AS, yang merupakan replika dari trek Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
"Dalam persiapan menghadapi olimpiade ini, kami juga memperhatikan unsur keselamatan atlet. Karena dalam cabang BMX ini atlet rentan cedera saat bertanding maupun latihan," kata Dadang.
"Jangan sampai saat melakukan pertandingan resmi justru malah cedera. Seperti yang saya lihat ketika di San Diego, ada beberapa atlet yang cedera saat latihan di trek itu," tambahnya.
Toni Syarifudin akan tampil lomba balap sepeda BMX Olimpiade 2016 pada Rabu, diawali dengan sesi time trial. Kemudian hari berikutnya babak penyisihan, sedangkan babak final belangsung Jumat (19/8).
Sementara Ketua Umum PB Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Raja Sapta Oktohari mengatakan bahwa persaingan di Olimpiade ini cukup berat, karena para peserta dari negara lainnya umumnya memiliki arena trek BMX standar Olimpiade.
"Jadi mereka sudah biasa berlatih dan bertanding di trek standard Olimpiade," kata Oktohari yang juga sebagai chef de mission atau ketua kontingen Indonesia di Olimpiade 2016 ini.
Untuk ke depannya, pembinaan cabang balap sepeda BMX orientasinya harus ke Olimpiade, sehingga fasilitas dan program persiapannya pun perlu menyesuaikan dengan standar pesta olahraga sejagat itu.
Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016