Kenaikan harga minyak menjadi salah satu faktor pendukung bagi mata uang domestik

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp13.058, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.090 per dolar AS.

Kepala Riset NH Koorindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kondusif di tengah masih melambatnya ekonomi di sejumlah negara maju dan berkembang membuat valuasi mata uang rupiah kembali terapresiasi terhadap dolar AS.

"Apresiasi rupiah dipengaruhi fundamental ekonomi Indonesia yang positif, dalam Pidato Presiden di depan Rapat Paripurna DPR mengemukakan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2017 sebesar 5,3 persen, itu diapresiasi pelaku pasar uang," katanya.

Ia menambahkan bahwa rupiah juga merespon pelemahan dolar AS di pasar valas global seiring dengan belum adanya kepastian bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuannya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa pasar minyak mentah yang bergerak naik membuat valuasi dolar AS tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Kenaikan harga minyak menjadi salah satu faktor pendukung bagi mata uang domestik," katanya.

Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI naik sebesar 0,61 persen menjadi 46,02 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent naik 0,41 persen menjadi 48,55 dolar AS per barel.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.098 dibandingkan hari sebelumnya (15/8) Rp13.121.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016