Surabaya (ANTARA News) - Arus petikemas dari dan ke pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, khususnya ke Terminal Petikemas Surabaya (TPS) akibat lumpur di Sidoarjo kini mulai terasa, terbukti tersendatnya kendaraan pengangkut petikemas ke TPS. "Kejadian jebolnya tanggul, yang mengakibatkan luberan lumpur ke jalan, dan berdampak ditutupnya jalur utama yang melintasi Porong, berdampak terhadap kelambatan atau terganggunya transportasi barang menuju dan keluar pelabuhan," kata Humas PT TPS, Iwan Sabatini, di Surabaya, Selasa. Dengan demikian, TPS yang membuka kegiatan "handling" 24 jam tanpa henti (nonstop), saat ini lebih sering membuka tiga "gate" untuk melayani pengguna jasa, utamanya untuk proses "receiving". "Hal itu untuk lebih memberikan kelancaran trailer yang memasuki antrian TPS sehingga dapat masuk dan kemudian trailer dapat segera memuat petikemas lagi," ujarnya. Kondisi terhambatnya jalur lalu lintas melalui Porong, Sidoarjo, menurut dia, telah dipahami oleh pengguna jasa, termasuk sopir trailer sehingga mereka selalu memperhitungkan perkiraan waktu agar tidak melebihi batas waktu yang ditetapkan ("closing time"), yakni sembilan jam sebelum kapal berangkat. Batas waktu ("closing time") sangat diperlukan untuk memastikan penataan petikemas yang di lambung kapal yang akan dimuat kapal sebelum berangkat. Namun, kata Iwan, yang tidak kalah pentingnya untuk mendapat perhatian adalah kekhawatiran pembeli (buyers) di luar negeri akan kelancaran transportasi dari dan pelabuhan. Terganggunya kelancaran transportasi akan berdampak terhadap kelancaran proses produksi. Arus petikemas dari dan ke TPS yang melalui Porong, Sidoarjo, berkisar 20-25 persen dari arus petikemas di TPS yang mencapai 2.500 twenty equivalent units (teus) per hari. Sementara itu, bongkar muat petikemas di TPS dari Januari hingga Maret 2007 mencapai 260.000 Teus, sedangkan mulai April 2007 sejalan dengan mulai membaiknya kondisi cuaca, diperkirakan kegiatan ekspor impor akan meningkat. Arus petikemas di TPS pada 2006 mencapai 1.053.466 teus dan ditargetkan pada 2007 naik lima persen.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007