Jakarta (ANTARA News) - Kepala Polri Jenderal Pol Sutanto mengatakan, bom rakitan jaringan teroris kelompok "Sleman" lebih dahsyat dibanding bom rakitan yang diledakkan di Bali pada beberapa tahun silam. "Kemampuan mereka dalam merakit bom sama dengan kelompok Amrozi, Imam Samudra, Dr Azahari dan Noordin M Top. Empat atau lima bom hasil rakitan mereka jika diledakkan, kekuatannya lebih dahsyat dari bom yang meledak di Bali," katanya, di Jakarta, Selasa. Ditemui usai menerima Wing Kehormatan Penerbang TNI Angkatan Udara, ia mengatakan, jaringan teroris kelompok Sleman yang ditengarai memiliki keterkaitan dengan Jamaah Islamiyah (JI), Dr Azahari, Noordin M Top, serta pelaku bom Bali itu, juga memiliki kaitan dengan pelaku kerusuhan di Poso beberapa waktu berselang. "Kita terus selidiki dan dalami," katannya singkat. Dari Yogyakarta dilaporkan, Kepala Satuan Tugas Anti Teror Mabes Polri Brigjen Pol Suryadarma mengatakan jaringan jamaah Islamiyah (JI) pimpinan Abu Durjana diduga memiliki laboratorium mini untuk memproses bahan-bahan kimia sebagai bahan peledak. "Laboratorium itu untuk membuat bahan-bahan kimia agar bisa meledak. Ini sulit dilakukan oleh orang biasa karena menyangkut bahan kimia yang berbahaya," kata Suryadarma. Ia menyebutkan sejumlah bahan bukti yang ditemukan di Sukoharjo memang berisi bahan kimia, namun hingga kini belum dapat dipastikan kaitannya dengan bom yang meledak di tanah air. Pada kesempatan itu Polri juga menunjukkan kepada publik semua barang bukti yang berhasil disita saat penangkapan tujuh tersangka kasus terorisme antara lain, senjata api termasuk M16, 20 bom aktif, rangkaian elektronik, dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Surya menegaskan aneka senjata api yang disita dari para tersangka semuanya berfungsi baik bahkan memiliki akurasi tinggi. Ia menegaskan para tersangka yang tertangkap itu telah memiliki kemampuan menggunakan senjata api sebab telah menjalani pelatihan di beberapa tempat di Jawa seperti Gunung Sumbing, Gunung Muria, Pelabuhan Ratu, dan Laut Jawa tepatnya di sebelah lepas pantai Kendal Jawa Tengah. Tidak itu saja, mereka juga berlatih meracik bom, menggunakan senjata, membongkar pasang senjata, hingga latihan membaca kompas. "Bahkan mereka juga dapat membuat senjata api rakitan yang dapat berfungsi normal. Senjata rakitan ini sudah diuji coba oleh petugas dan semuanya bisa menembakkan peluru," katanya. Ketujuh tersangka yang tertangkap itu adalah Sutarjo alias Isa alias Akhyas (33), warga Sukoharjo, Sikas alias Wiryo alias Karim (37), warga Sukoharjo, Amir Ahmadi alias Ahmad (34), warga Magetan, Edi alias Sarwo Edi alias Suparman alias Suparjo (40), warga Sukoharjo, Mujadid alias Brekele, dan Holis alias Maulana. Enam tersangka di bawa ke Jakarta, sementara seorang lainnya bernama Mujadid alias Brekele batal dibawa ke Jakarta.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007