London (ANTARA News) - Satu dari tiap tujuh warga London yang bekerja penuh waktu tidak mendapatkan bayaran yang memuaskan, kata Walikota Ibukota Inggris tersebut Ken Livingstone, kemarin.
Itulah sebabnya, Livingstone mendesak adanya peraturan gaji minimum agar warganya bisa tetap hidup secara layak.
Tak cuma itu, kata dia menambahkan, hampir 50 persen pekerja paruh waktu di kota London juga berpenghasilan di bawah patokan minimal.
"Ini benar-benar tidak bisa diterima," kata Livingstone.
Walikota London mengumumkan bahwa "Upah Minimum London" terbaru adalah 7,2 poundsterling (14,25 dolar Amerika) per jam - jauh lebih tinggi daripada upah minimum nasional bagi pekerja berusia di atas 22 tahun.
"Ketentuan Upah Minimum London sangat penting untuk memastikan kota tetap mendapatkan tenaga kerja yang punya kecakapan, tenaga kerja yang berkomitmen dan ini berlaku buat semua penyedia layanan - yang tanpanya London bisa hancur lebur - sama dengan penghargaan terhadap pialang, bankir, atau pengacara," kata Livingstone.
Menurut sebuah kajian yang dipublikasikan oleh kantor walikota, siapapun yang berpendapatan kurang dari 6,25 pounds per jam hidup dalam taraf ekonomi yang miskin -ini disebabkan oleh biaya sewa tempat tinggal di London yang sangat mahal.
Tambahan 15 persen kemudian ditambahkan ke penghasilan itu, lalu tercapailah "upah hidup sejati".
"Ratusan ribu pekerja berupah rendah berjuang untuk tetap hidup dan menghidupi keluarga mereka di London, salah satu kota paling mahal di dunia," kata Steve Hart, pimpinan regional Serikat Pekerja Transport.
"Ketentuan upah minimum ini adalah tanggungjawab perusahaan, supaya para pekerja bisa keluar dari kemiskinan," katanya.
Sementara walikota sendiri tidak punya kekuatan untuk memaksa perusahaan menambah upah pekerjanya, setidaknya diangka skala minimum, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007