Solo (ANTARA News) - Seekor kerbau bernama Kyai Slamet milik Keraton Surakarta Hadiningrat yang berumur sekitar 50 tahun dan dikeramatkan warga di dalam maupun di luar lingkungan keraton, Selasa sekitar pukul 11.00 WIB, mati. Menurut KRAr. Winarno Kusumo, Abdi Dalem Sasana Wilapa Keraton Surakarta Hadiningrat, kerbau itu mati bukan karena terserang penyakit, tetapi karena usianya yang sudah tua dan Dinas Peternakan setempat juga sudah memeriksanya. "Tadi juga sudah diperiksa, dari Dinas Peternakan setempat mengatakan hal seperti itu, dan kerbau yang mati generasi keberapa saya juga tidak mengerti, tetapi yang pasti masih keturunan dari kerbau Karaton Demak," katanya di Solo. Menurut Winarno, Kiyai Slamet mati di dekat kereta jenazah di Alun-Alun Selatan Keraton Surakarta Hadiningrat, tempat yang dekat dengan lokasi dimana kerbau-kerbau keraton yang mati sebelumnya dikuburkan. "Kyai Slamet nanti juga akan dikubur didekat tempat kereta jenazah, karena ditempat itu memang lahan yang disediakan untuk mengkubur kalau ada kerbau karaton yang mati," paparnya. Kerbau karaton sekarang masih ada 11 ekor sebanyak 10 ekor di antaranya berada di kandang di Alun-Alun Selatan dan satu ekor berada di Solo Baru. Kerbau karaton ini tidak digembalakan, namun dilepas begitu saja, sehingga jika pergi sampai kemana-mana, tetapi setiap mau digunakan untuk kirab pusaka pada setiap malam Sura pulang, dan ini yang menjadi keanehannya, kata Winarno. Ia mengatakan, menurut sejarahnya sampai kerbau tersebut dinamakan Kyai Slamet, karena pada waktu itu untuk setiap kirab pada malam Sura pusaka yang dikirab itu bernama Kyai Slamet minta disertai kerbau. "Lama-lama kerbau yang menyertai kirab pusaka itu disebut juga Kyai Slamet, ini awalnya kenapa kerbau itu bernama Kyai Slamet," katanya. Matinya Kerbau Kyai Slamet ini juga menarik banyak perhatian masyarakat yang berdatangan untuk menyaksikan dan bahkan mengikuti sampai acara penguburan selesai.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007