Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa sore, menguat mendekati angka psikologis Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.105/9.110 dibanding dengtan penutupan sebelumnya pada posisi Rp9.110/9.125 atau naik lima poin. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, mengatakan rupiah yang semula tertekan kembali membaik, setelah pelaku lokal membeli mata uang lokal itu. Namun pembelian rupiah oleh pelaku lokal agak terlambat terjadi menjelang penutupan sesi sore, sehingga volume beli tidak besar, sehingga rupiah hanya naik lima poin, katanya. Hal ini, lanjut Noel, menunjukkan bahwa faktor positif masih mendukung rupiah yang diperkirakan akan bisa mendekati level 9.100. Meski demikian, rupiah masih mendapat hambatan dari Bank Indonesia (BI) yang tidak menyukai mata uang lokal itu berada pada kisaran psikologis Rp9.100 per dolar AS, katanya. Rupiah, menurut dia, sebenarnya sudah berada di bawah level 9.100 kalau tidak dihambat oleh BI yang memiliki cadangan devisa sebesar 46 miliar dolar AS. Namun apabila permintaan rupiah semakin kuat, maka mau tidak mau BI akan juga membiarkan mata uang lokal itu menembus level 9.100, katanya. Ia memperkirakan rupiah pada hari berikut akan kembali menguat, asalkan BI tidak masuk pasar dengan melepas dolar. Jadi kenaikan rupiah dibiarkan tergantung pasar, apabila sentimen pasar positif terhadap rupiah, maka mata uang lokal itu kembali menguat. Masalahnya faktor internal dan eksternal harus terus mendukung rupiah, sehingga mata uang lokal itu secara perlahan-lahan meski lambat akan bisa mencapai Rp9.100 per dolar AS. Apalagi di pasar lokal tidak ada isu politik yang menimbulkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi nasional mendorong pergerakan rupiah lebih cepat hingga mencapai Rp9.100 per dolar AS, jelas Noel Chandra. Sementara itu, dengan munculnya data sektor perumahan, dolar AS terhadap yen maupun euro stabil masing-masing menjadi 117,85 yen dan menjadi 1,3370. Hal ini juga terkait dengan kekhawatiran bank sentral AS (The Fed) terhadap inflasi yang cenderung meningkat, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007