Riri Riza di Makassar, Jumat, sekaligus menantang para sineas khususnya dari KTI untuk bisa mengeksploitasi potensi atau melimpahnya konsep mulai terkait kebudayaan, pendidikan, sosial dan sebagainya.
"Pada SEAscreen Academy kali ini memang baru memunculkan cerita dari Makassar, Balikpapan dan Palu. Mudah-mudahan kedepan ada juga dari Ambon, Kupang dan Papua yang bisa ikut dipresentasekan," katanya.
Ia menjelaskan, beragam seni dan budaya dari berbagai suku di KTI tentunya bisa menjadi objek yang perlu dimaksimalkan. Sejumlah ide juga bisa muncul dan itu sudah seharusnya bisa dimanfaatkan.
Untuk SEAscreen Academy sendiri, kata dia, memang fokus menggarap atau melihat semenarik apa konsep yang ditawarkan para sineas atau peserta. Melalui konsep yang unik maka tentu bisa diupayakan lebih baik lagi agar bisa menjadi karya yang lebih menarik.
Sementara itu, Produser Film Meisca menyatakan produksi film yang mengangkat tema tentang kehidupan sehari-hari itu juga sesuatu yang menarik. Untuk itu para sineas muda harus bisa memperhatikan dan menyadari kondisi yang bisa diangkat menjadi sebuah cerita menarik.
"Apalagi cerita lokal itu dari hal anggaran juga lebih kecil sehingga lebih mudah dikerjakan. Ini tentu merupakan peluang yang bisa dimaksimalkan," katanya.
Sementara itu, tiga karya terbaik terpilih untuk mengikuti SEAscreen Development Laboratorium pelatihan sineas yang selanjutnya akan kembali bersaing agar konsep film yang ditawarkan bisa diangkat ke layar lebar.
Ketiga karya atau konsep film dari masing-masing tim itu terpilih setelah mengikuti dua tahapan lokakarya intensif pada Maret dan kemudian berlanjut pada 9-12 Agustus 2016.
Terpilihnya ketiga tim pembuat film yang masing-masing berasal dari Palu ( Moungtain Song), Makassar (Deni dan Andi) dan Balikpapan dengan judul "Ujan Segera Pergi" ini diharapkan menghasilakn gagasan film cerita dalam bentuk skenario dan proposal produksi yang matang.
Pewarta: Abd Kadir
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016