Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian meminta harga gas diturunkan hingga empat dolar Amerika Serikat per 1 juta British Thermal Units (MMBTU) untuk industri yang akan dikoordinasikan dengan instansi terkait.

"Kita minta lebih rendah dari 6 dollar AS per MMBTU, kita minta 4 dolar AS. Karena harga internasional segitu, banyak yang lebih murah dari itu," kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian, Achmad Dwiwahjono, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, harga tersebut diminta agar industri di dalam negeri, yang menggunakan gas sebagai bahan baku maupun bahan bakar, mampu berdaya saing dengan industri serupa di negara lain, yang mendapatkan harga gas empat dolar Amerika Serikat per MMBTU bahkan di bawah itu.

"Kita harus punya kebijakan yang sama. Kalau petrokimia 70 persen dari gas, jadi tidak main-main pengaruhnya, daya saing kita akan dirugikan," ujar Dwiwahyono.

Ia mengatakan, penggunaan harga gas untuk industri termasuk yang sangat signifikan, karena berkontribusi 30 persen terhadap struktur biaya produksi.

Sehingga, lanjutnya, penurunan harga tersebut dinilai akan berpengaruh signifikan terhadap daya saing industri.

"Nah, daya saing kepada siapa, ya terhadap lawan kita apakah itu Korea, China, India. Kita bandingkan harga gas di sana itu berapa. Kalau kita lihat data yang ada di China itu empat dolar AS, Korea empat dolar AS sekian, India kalau tidak salah enam dolar Amerika Serikat," ungkap dia.

Sehingga, tambahnya, jika Indonesia tidak dapat memberikan harga gas yang rendah, maka daya saing industri diyakini akan jauh lebih rendah dari negara lain.

Sigit menyampaikan, keputusan terkait harga berada di tangan Kementerian ESDM, untuk itu Kemenperin akan meminta dan bernegosiasi dengan Kementerian ESDM.

"Kita siapkan bahan untuk Pak Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto untuk nanti dibawa ke Rakor, Ratas atau rapat lainnya," ujar Dwiwahyono.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016