Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarBank Jakarta, Selasa pagi, turun 12 poin menjadi Rp9.122/9.124 dibanding penutupan hari sebelumnya pada level Rp9.110/9.125, menyusul intervensi Bank Indonesia (BI). Analis Valas PT Bank Mega Tbk, Adrian, di Jakarta, mengatakan BI kembali masuk pasar dengan melepas dolar AS, sehingga menahan pergerakan rupiah yang cenderung menguat. BI tidak menginginkan rupiah berada di bawah level Rp9.100 per dolar AS, apalagi ada anggapan, apabila rupiah menembus level Rp9.100 per dolar AS, maka mata uang lokal itu akan terus menguat, katanya. Karena itu, menurut dia, rupiah akan bergerak naik maupun turun berkisar antara Rp9.100 hingga Rp9.150 per dolar AS sepanjang pekan ini. Rupiah sebelumnya sempat mendekati level Rp9.107 per dolar AS dan diperkirakan akan bisa menembus level Rp9.100 per dolar AS pada hari ini, namun BI memiliki kebijakan lain terhadap pergerakan rupiah, katanya. Ia mengatakan rupiah masih berpeluang untuk kembali menguat, namun untuk bisa menembus level Rp9.100 per dolar AS memerlukan waktu yang cukup lama dengan dukungan yang kuat baik dari internal maupun eksternal. "Kami optimis pada saat nanti rupiah akan bisa menembus level 9.100, asalkan BI tidak bereaksi ke pasar menahan lajunya penguatan rupiah," katanya. Rupiah, menurut dia, mendapat dukungan dari kekhawatiran bank sentral AS (The Fed) terhadap inflasi yang cenderung meningkat yang menunjukkan bahwa ekonomi AS tumbuhnya melambat, sehingga investor asing lebih suka menunggu pergerakan pasar. Apalagi di pasar lokal tidak ada isu politik yang menimbulkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi nasional mendorong pergerakan rupiah lebih cepat menguat hingga mencapai Rp9.100 per dolar AS, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen dan euro cenderung stabil, setelah keluar data manufaktur AS yang memberikan dukungan kepada The Fed untuk menurunkan suku bunga overnight pada akhir tahun ini. Dolar AS di pasar mencapai 117,85 yen, euro menjadi 1,3370 dolar AS. (*)

Copyright © ANTARA 2007