Mekkah (ANTARA News) - Tim petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Mekkah,Arab Saudi Kamis pagi waktu setempat, meninjau langsung kesiapan dapur katering jamaah haji.
Dengan dipimpin oleh Kepala Daerah (Daker) Mekkah Arsyad Hidayat, lima pakar kuliner Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung memeriksa kelayakan dapur, ketersediaan peralatan, kualitas bahan dasar dan ketrampilan tenaga kerja di tiga perusahaan katering yaitu Shalal Asia, Raghaib dan Remas.
"Ada 23 dapur sesuai dengan lokasi di mana jamaah tinggal. Kita minta agar distribusi makanan jangan sampai jauh dan kita upayakan agar tidak jauh," kata Arsyad merujuk salah satu syarat dasar penetapan katering.
Ia menegaskan bahwa jarak tempuh dan akses di Mekkah merupakan isu strategis karena pada saat-saat tertentu di puncak prosesi haji akses ke lokasi acapkali ditutup.
Katering haji dipusatkan di enam wilayah tinggal jamaah, antara lain Aziziah, Misfala, Syisyah, Mahbas Jin, dan Jarwal.
Dalam dialog dengan sejumlah juru masak, ia meminta kesungguhan mereka untuk melayani para jamaah karena banyak dari para jamaah itu yang telah menunggu puluhan tahun untuk pergi ke Tanah Suci.
Untuk menu makanan, pemerintah menyiapkan menu yang bervariasi setiap hari dengan waktu gilir satu pekan.
Menu tersebut terdiri atas dua ljenis auk, satu sayur, satu karbohidrat, satu buah dan minuman.
Di setiap kemasan akan ditempel tanda yang menyebutkan menu tersebut merupakan menu makan siang atau makan malam agar jamaah mengetahui bahwa makanan yang diperuntukkan untuk siang hari tidak lagi layak dikonsumsi pada malam hari.
Dalam peninjauan itu, ditemukan ada perusahaan katering yang peralatannya belum lengkap ataupun lantai penyimpanan bahan dasarnya basah.
"Pemilik telah berkomitmen untuk melengkapi. Kita akan periksa lagi nanti malam," katanya.
Sementara itu Arsyad juga menerima masukan dari para koki bahwa menu telur rebus sangat menyita waktu dalam proses mempersiapkannya.
"Semua masukan akan dibahas dalam evaluasi," katanya.
Perusahaan-perusahaan katering itu memiliki waktu hingga sebelum 18 Agustus untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada. Pada 18 Agustus jamaah gelombang pertama dijadwalkan telah tiba di Mekkah dari Madinah.
Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016