Tangerang (ANTARA News) - PT Angkasa Pura II meminta maaf atas gangguan yang terjadi saat pengoperasian perdana Terminal 3 Bandara Soetta pada 9 Agustus 2016.
"Kami meminta maaf atas terjadinya gangguan pada saat pengoperasian Terminal 3 pada 9 Agustus lalu, dan kami siap menerima masukan-masukan dari masyarakat," kata Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Perseo) Djoko Murdjatmodjo dalam konferensi pers di Tangerang, Kamis.
Untuk itu, dia saat ini tengah melakukan perbaikan-perbaikan, bukan hanya kelistrikan, tetapi juga seluruh aspek agar pengoperasian berjalan normal.
Djoko menjelaskan tidak mengalirnya aliran listrik di lounge Garuda atau Gate 11 dan 12 disebabkan karena konsleting akibat beban tinggi.
"Sudah kami perbaiki dan pada hari kedua sama sekali tidak terjadi gangguan listrik," katanya.
Dia juga menjelaskan sebelum dioperasikan, kelistrikan di Terminal 3 sudah diuji coba dan tidak ada masalah.
"Sudah diuji coba berkali-kali dan tidak ditemukan masalah," katanya.
Djoko menuturkan suplai listrik yang disediakan oleh PLN di Terminal 3, yaitu 65 megawatt dari empat jaringan serta ditopang oleh genset berdaya 28 megawatt.
Sehingga, lanjut dia, sudah diatur apabila terjadi pemadaman dari PLN, disesuaikan dengan tingkat toleransi masing-masing area.
"Terdapat area-area yang bisa sampai 20 detik toleransi padamnya, tiga detik seperti area-area prioritas dan ada area yang berkedipun tidak boleh yang sudah kita back up dengan UPS (suplai daya bebas gangguan), seperti untuk alat navigasi," katanya.
Djoko mengatakan sesuai perintah Kementerian Perhubungan, saat ini audit internal masih berlangsung untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada di terminal yang bisa menampung sampai 25 juta penumpang per tahun itu.
Dia menambahkan Terminal 3 masih dalam tahap pengembangan dan yang saat ini dioperasikan baru sekitar 40 persen dari total yang direncanakan.
Menurut Djoko, pengoperasian harus dilakukan mengingat Terminal 3 yang ada harus segera direnovasi untuk diintegrasikan dengan Terminal 3 baru sehingga nantinya menjadi satu kesatuan yang utuh.
"Audit kami lakukan setiap setahun dua kali, karena ada kejadian kemarin sudah menjadi SOP kami untuk melakukan audit internal," katanya.
Dalam kesempatan sama, Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Internasional Dewa Made Sastrawan mengimbau kepada AP II untuk terus mengevaluasi agar pengoperasian menjadi lancar dan tidak mengabaikan aspek keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan.
"Keselamatan dan keamanan penerbangan itu harus firm (ketat) dan tidak ada toleransi," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016