Makassar (ANTARA News) - Ratusan siswa dan guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Makassar menggelar demonstrasi di depan Polsek Tamalate, Jalan Danau Tanjung Bunga, Kamis untuk menuntut penganiaya guru Dasrul dihukum berat.

"Kami minta pelaku pemukulan Pak Dasrul dihukum berat. Polisi jangan sampai melepas tersangka," teriak seorang siswa.

Tersangka penganiaya Dasrul berinisial AA, ayah Al, siswa SMK jurusan arsitek di sekolah tersebut.

Massa juga menolak Al bersekolah di SMKN 2 Makassar.

Ketua Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Makassar Ahmad mengatakan kelakuan orang tua murid ini mencerminkan perilaku anak.

"Tadi kami sempat ketemu tersangka, saat ditanya-tanya, malah dia tertawa dan tidak ada penyesalan terlihat di wajahnya. Tentu ini sebagai bukti bahwa orang tuanya sendiri saja tidak becus mendidik anaknya. Jelasnya kita kawal kasus ini sampai tuntas," beber Ahmad.

Pada Rabu, AA (38) memukuli seorang guru SMK Negeri 2 di Jalan Pancasila, Makassar karena tidak terima anaknya yang berinisal Al ditegur tidak menyetorkan tugas sekolah.

"Saya hanya menegur Al karena tidak membawa buku gambar dan tidak mengerjakan tugas rumah, lalu dia marah dan menendang pintu dan berbicara kotor. Saya kasih pelajaran karena tidak menghargai guru, eh kemudian menelepon orang tuanya dan terjadi insiden ini," tutur guru tersebut, Dahrul (45) di Polsek Tamalate, Rabu.

"Saya dipukuli dua kali, satu di hidung sampai berdarah. Dia juga berteriak-teriak dan memaki-maki seolah-olah saya punya kesalahan besar. Inilah yang selalu kami takutkan orang tua siswa saat ini tidak memberikan kepercayaan kepada kami guru untuk mendidik mereka," kata Dahrul dengan baju bernoda darah.

Kepala Polsek Tamalate Kompol Azis Yunus mengatakan pelaku sedang diperiksa penyidik. Korban yang menderita luka diwajah sudah di bawa ke rumah sakit dan mendapatkan visum.

AA di kantor polisi mengakui tersulut emosi hingga memukuli guru. "Saya emosi saat itu dan langsung ke sekolah, kemudian saya melihat guru yang menampar anak saya lalu dikejar dan terjadilah kejadian ini," ujar dia.

Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016