Moskow (ANTARA News) - Rusia pada Rabu (10/8) menyatakan bahwa akan ada gencatan senjata harian selama tiga jam di Aleppo, Suriah, mulai Kamis untuk memungkinkan konvoi bantuan kemanusiaan memasuki kota itu dengan aman, sebuah usul yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Saat berbicara dalam siaran televisi, Letnan Jenderal Sergei Rudskoi, pejabat Kementerian Pertahanan Rusia, mengatakan bahwa penghentian pertempuran akan dilaksanakan sejak pukul 10.00 hingga 13.00 waktu setempat.
Rudskoi mengatakan bahwa pertanyaan terkait pengontrolan bersama atas pengiriman bantuan kemanusiaan melalui Jalur Castello masih dibicarakan dengan PBB dan Amerika Serikat.
Dia mengatakan bahwa "seluruh tindakan militer, serangan udara dan artileri" akan ditahan selama tiga jam.
"Ini untuk memastikan seluruh organisasi yang berkepentingan punya kesempatan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan mereka kepada penduduk Aleppo," kata Rudskoi.
Dia menambahkan bahwa Rusia, sekutu Presiden Suriah Bashar Al Assad melawan pemberontak dalam perang saudara Suriah yang telah berlangsung lima tahun, akan bekerja dengan Damaskus untuk memastikan pengiriman bantuan itu dengan aman.
Juru bicara pemberontak utama yang bertempur di Aleppo mengatakan kepada Reuters bahwa mereka skeptis dengan rencana Rusia itu.
"Apakah publisitas ini menyatakan bahwa Rusia merupakan pihak yang netral? Apa yang tiga jam? Dalam tiga jam itu mereka hanya akan mengebom Idlib! (yang dikuasai pemberontak)," ujar Abd Al Salaam Abd Al Razzaq, juru bicara militer dari kelompok pemberontak Nour Al Din Al Zinki.
Serangan-serangan udara menewaskan setidaknya 19 orang dan melukai sejumlah orang lainnya di provinsi Idlib, arah barat daya Aleppo pada Rabu. Satu kota di Idlib, Saraqeb, mendapat serangan udara besar harian sejak satu helikopter Rusia dijatuhkan sepuluh hari lalu.
Aleppo terbagi menjadi wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah dan pemberontak. Di wilayah timur yang dikuasai pemberontak, tempat sekitar 250.000 orang tinggal, terkepung pada awal Juli setelah pasukan pemerintah menutup Jalur Castello, yang menjadi jalur suplai utama ke wilayah tersebut.
Pada Jumat, pemberontak melancarkan serangan besar di bagian baratdaya Aleppo untuk membobol kepungan itu. Pasukan pemberontak berhasil menerobos wilayah yang dikuasai pemerintah, namun jalur aman bagi warga dan bantuan belum terbentuk karena pertempuran masih berlanjut.
Terjebak
Setidaknya empat orang tewas dan banyak orang lainnya mengalami gangguan pernafasan saat gas, yang diduga gas klorin, dijatuhkan bersamaan dengan sejumlah bom barel di Aleppo pada Rabu, kata rumah sakit dan kelompok pertahanan sipil kepada Reuters.
Persediaan makanan, infrastruktur dan pelayanan medis bagi sekitar 250.000 orang yang diduga terjebak di Aleppo timur terganggu.
Kepala bantuan PBB Stephen OBrien mengatakan pada Rabu bahwa dia ingin mempertimbangkan rencana Rusia, namun penghentian pertempuran selama 48 jam diperlukan untuk segala bantuan kemanusiaan di kota yang dulunya terbesar di Suriah itu.
"Setiap saat saya akan melihat segala saran yang memungkinkan bantuan kemanusiaan bisa dikirimkan," katanya kepada wartawan.
"Saat kami diberi tawaran tiga jam maka kami harus bertanya apa yang dapat dicapai selama tiga jam itu, apakah akan memenuhi kebutuhan atau hanya akan memenuhi sedikit kebutuhan?" katanya.
"Jelas, dari pandangan kami, kami cukup berada di sana untuk memenuhi kebutuhan, semua kebutuhan...," kata O'Brien.
"Untuk memenuhi kebutuhan itu kau memerlukan dua lajur (jalan) dan memerlukan sekitar 48 jam untuk memasukkan truk-truk," katanya.
Dia mengatakan bulan lalu bahwa jeda kemanusiaan di Aleppo perlu 48 jam karena Jalur Castello rusak berat dan hanya mampu dilalui truk kecil, yang memerlukan waktu lebih lama untuk pengiriman.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri, Elizabeth Trudeau mengatakan bahwa AS akan menyambut segala penghentian sementara pertempuran Suriah untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan, namun gencatan senjata itu harus dipantau semua pihak.
Rudskoi mengatakan bahwa titik pengumpulan bantuan telah ditempatkan di dekat Handarat, bagian utara Aleppo.
"Seluruh tujuh jalur kemanusiaan yang dibuat untuk jalan keluar penduduk dan militan yang ingin menyerah terbuka dan bekerja sepanjang waktu," kata Rudskoi seperti dikutip kantor berita Reuters.
"Sebuah jalur kemanusiaan tambahan bagi para militan bersenjata masih beroperasi dekat Jalur Castello".
Dia mengatakan bahwa "sejumlah" kelompok bersenjata, dengan persenjataan, telah meninggalkan bagian timur Aleppo melalui jalur itu.
Rudskoi mengatakan keadaan di Aleppo barat daya masih sulit, dengan sekitar 7.000 militan Jabhat Fatah Al Sham menyerbu lokasi itu minggu lalu dan masih mendapatkan petarung baru. Dia mengatakan bahwa militan itu memiliki tank, senjata artileri dan kendaraan tempur bersenjata.(Uu.Ian/KR-MBR)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016