Tidak ada gunanya mengikuti Olimpiade jika kita tidak percaya diri
Madiun (ANTARA News) - Dominasi Tiongkok pada cabang bulu tangkis tunggal putri terancam oleh atlet-atlet putri negara lain untuk merebut medali emas pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.
Dua atlet tunggal putri Tiongkok Wang Yihan dan Li Xuerui, sebagaimana tercantum dalam situs resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Kamis, masih tampak tangguh dengan menduduki unggulan dua dan tiga.
Namun untuk mengulang final Olimpiade 2012, kedua pemain putri Negeri Panda itu dibayang-bayangi unggulan pertama asal Spayol Carolina Marin, pemain Thailand Ratchanok Intanon yang menempati unggulan empat dan wakil India Saina Nehwal pada unggulan lima.
Wang tidak pernah memenangi gelar Superseries sejak April 2014. Sedangkan Li yang lebih sukses dibanding Wang tidak menginjak podium juara sejak November 2015.
"Saya merasa bugar dan tidak tertekan. Saya hanya berusaha menganggap Olimpiade ini seperti turnamen lain," kata juara bertahan Li jelang pertandingan.
Sementara, Wang menatap realistis persaingan Olimpiade 2016. "Mari kita lihat bagaimana pertandingan berjalan. Saya merasa lebih baik kali ini. Tidak ada gunanya mengikuti Olimpiade jika kita tidak percaya diri," kata Wang Yihan.
Dua atlet putri Tiongkok itu akan mendapatkan perlawanan dari para pemain berpengalaman seperti Saina, Ratchanok, dan tunggal putri Korea Selatan Sung Ji Hyun. Selain atlet-atlet berpengalaman, Wang dan Li akan berhadapan dengan pemain-pemain unggulan baru seperti Marin, tunggal putri Taiwan Tai Tzu Ying, dan wakil Jepang Nozomi Okuhara.
"Saya berada dalam kondisi terbaik. Saya ingin segera memulai pertandingan. Saya merasa nyaman berada pada grup penyisihan A. Meski mungkin ada pertandingan yang sulit, saya berusaha tetap mengendalikan semuanya di lapangan," kata Marin.
Di sisi lain, Saina yang mulai kembali bangkit pada akhir 2014 mengaku lebih membutuhkan variasi teknik dan pukulan permainan untuk menghadapi pemain Tiongkok.
"Melawan pemain seperti Li Xuerui dan Ratchanok, saya tidak boleh punya satu teknik permainan. Saya telah mencoba menambah drop shot dan variasi pukulan smes," kata Saina yang diuntungkan dengan analisa komputer terhadap kekuarangan teknik permainannya.
Saina juga lebih optimistis setelah meraih gelar Australia Terbuka 2016 jelang Olimpiade. "Itu menjadi sedikit kelegaan. Pertandingan final saya sebelumnya hanyalah di Tiongkok pada 2015. Saya frustrasi dengan hasil semifinal. Kemenangan pada final datang setelah waktu yang lama," kata Saina.
Bukan saja Marin dan Saina, Ratchanok juga menggebu merebut medali emas demi para penggemarnya di Thailand. "Saya mengalami masa sulit di sela latihan karena saya tidak dapat berlatih sepekan," kata Ratchanok tentang tuduhan penggunaan doping terhadapnya.
"Saya berterimakasih kepada WADA dan BWF karena nama saya telah bersih dan saya dapat kembali. Saya merasa sangat termotivasi untuk bermain lebih baik dan meraih medali bagi Thailand. Undian pertandingan cukup menantang. Saya hanya memikirkan pertandingan penyisihan lebih dahulu," kata Ratchanok.
Ratchanok mengaku pemain Hong Kong Yip Pu Yin akan menjadi penantang tangguh dalam grup penyisihan L. "Jika saya menang grup, saya mungkin akan bertemu Akane dan setelah itu Nozomi. Sisanya, saya mungkin melawan Tai Tzu Ying, Sindhu, dan Wang Yihan dan itu tampak sulit," ujar Ratchanok.
Indonesia menempatkan satu wakil pada nomor tunggal putri yaitu Linda Wenifanetri. Linda akan memulai pertandingan babak penyisihan grup J melawan Thi Trang Vu dari Vietnam pada Sabtu (13/8) dan unggulan Jepang Nozomi Okuhara pada Minggu (14/8).
Meskipun peta persaingan tunggal putri sangat ketat, para pemain-pemain unggulan setidaknya tidak punya beban cedera menjelang Olimpiade 2016.
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016