Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komite III DPR RI Fahira Idris mengatakan gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang akan menerapkan sistem belajar sehari penuh di sekolah harus meminta persetujuan para orang tua murid lebih dulu.
"Apapun kebijakan yang akan diterapkan di bidang pendidikan, orang tua dan murid harus dilibatkan. Tanya pendapat mereka mengenai kebijakan ini," kata Fahira Idris melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Fahira mengatakan hal itu menanggapi gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang baru dilantik, Muhadjir Effendy yang akan menerapkan sistem "full day school" atau kegiatan sehari penuh di sekolah untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta.
Gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru ini segera menjadi polemik dan perbincangan hangat di masyarakat.
Sebagian masyarakat mendukung, tetapi banyak yang mempertanyakan urgensi dari kebijakan ini jika nanti benar-benar direalisasikan, mengingat kondisi geografis dan fasilitasnya sangat beragam, dari Sabang sampai Merauke.
Menurut Fahira, semua kebijakan yang akan diterapkan muaranya harus dari bawah, yakni harus mendapat persetujuan masyarakat, baru diterapkan.
Gagasan menerapkan sistem pendidikan sehari penuh untuk SD dan SMP, menurut dia, cukup baik, tapi apakah semua sekolah di Indonesia dapat menerapkannya?
"Karena, sumber daya manusia, fasilitas, dan infrastrukturnya sangat beragam. Jika akan menerapkan kebijakan ini harus dibenahi lebih dulu, terutama sekolah di daerah," katanya.
Anggota DPDRI dari Provinsi DKI Jakarta itu menegaskan, sistem sekolah sehari penuh jangan nantinya malah menjadi beban bagi murid karena merasa bosan atau tidak nyaman terlalu lama berada di sekolah.
Sebelum kebijakan ini direalisasikan, menurut dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus memperhatikan kesiapan fasilitas dan kesiapan seluruh komponen di sekolah serta kesiapan program-program pendidikan.
"Keberhasilan kegiatan sekolah sehari penuh, sangat tergantung kepada kreativitas dan inovasi dari sekolah dan guru," katanya.
Menurut dia, jika sekolah atau guru mampu menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang sifatnya informal, cair, tidak kaku, dialogis, rekreatif dan menyenangkan bagi siswa, maka kebijakan ini sangat baik diterapkan.
Namun, sebaliknya jika sekolah atau guru belum mampu menghadirkan hal-hal tersebut, maka kebijakan sekolah sehari penuh akan gagal.
Untuk SD dan SMP, kata Fahira, sekolah sehari penuh metodenya harus belajar sambil bermain.
"Kegiatan belajar dan mengajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas diselingi dengan permainan yang masih mengandung unsur pendidikan dan pembentukan karakter," katanya.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016