Jakarta (ANTARA News) - Setelah keluarnya Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang baru, Perum Bulog saat ini masih menunggu kriteria kualitas gabah Departemen Pertanian untuk merealisasikan penyerapan gabah petani. Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar di Jakarta, Senin menyatakan, penetapan kualitas gabah tersebut sangat diperlukan agar gabah yang diserap Bulog terjaga mutunya sehingga tidak menurun karena komoditas tersebut akan disimpan di gudang dalam waktu yang lama. "Sekarang kita sedang menunggu finalisasi kriteria kualitas ini di Deptan. Diharapkan kriteria ini bisa diputuskan Senin sore ini. Kita mencoba melakukan lobi ke Mentan," katanya usai Raker dengan Kepala Divre Bulog seluruh Indonesia. Mustafa menyatakan, dengan disepakatinya kriteria kualitas gabah yang bisa diserap Bulog tersebut maka diharapkan tidak ada lagi grey area seperti permasalahan kadar air dipadu dengan butir kuning, butir hijau, maupun derajat sosoh. Ia mengharapkan, penetapan kualitas gabah tersebut dirumuskan dengan sangat hati-hati supaya dalam pelaksanaan di lapangan tidak menimbulkan masalah ataupun keberatan bagi petugas dari Bulog maupun petani. Sementara itu, menyinggung target penyerapan gabah petani, Dirut Perum Bulog menyatakan, selama Januari-Maret 2007 sasarannya sebanyak 390 ribu ton. Namun, tambahnya, realisasi penyerapannya masih jauh dari target karena selain panen bergeser yakni baru bulan Maret, juga Inpres HPP gabah juga baru keluar pada 31 Maret 2007. "Kita berharap dengan adanya Inpres dan panen yang sudah mulai maka target penyerapan tersebut bisa dikejar," katanya. Menyinggung usulan pembentukan posko untuk penyerapan gabah petani, dia menyatakan, di beberapa daerah terutama produsen padi yang besar seperti Sulsel, Jatim, Jabar, dan Jateng akan ada semacam satgas untuk melakukan pembelian gabah secara cepat dan luas. Sementara itu, Direktur Operasional Perum Bulog Bambang Budi Prasetyo menyatakan, dalam Inpres No 3 Tahun 2007 hanya menentukan kualitas gabah petani dengan dua kriteria yakni kadar air dan kotoran atau biji hampa sedangkan derajat sosoh dan butir kuning tidak digunakan. Namun, tambahnya, kriteria tersebut akan ditentukan juga karena akan berdampak pada kualitas beras raskin yang akan disalurkan Bulog yang disimpan lama. "Kalau disimpan lama maka kualitas akan turun nanti kita akan dimarahi lagi oleh penerima raskin," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007