Sleman (ANTARA News) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta mulai meneliti kondisi bebatuan penyusun Candi Kalasan di Kabupaten Sleman sebagai bagian dari penyiapan rencana pemugaran candi tersebut.
"Kami sudah melakukan rencana pemugaran Candi Kalasan, berupa pemetaan, pendokumentasian konstruksinya, serta analisa laboratorium terhadap bebatuan yang mengalami pelapukan," kata Ketua Unit Pemugaran BPCB Yogyakarta Indung Panca Putra, Rabu.
"Kami harus mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian batu candi, itu didokumentasikan dan diberi kode," katanya serta menambahkan persiapan itu penting dalam pemugaran candi.
Dia mengatakan BPCB Yogyakarta juga meneliti penyebab pelapukan pada batuan penyusun candi.
"Kenapa bisa mengalami pelapukan. Apakah karena adanya kenaikan kelembapan, daya kapiler dari bawah. Atau ada kotoran binatang atau burung yang menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme," katanya.
Selain itu, menurut Indung, BPCB juga meneliti bahan brajalepa candi supaya bisa membuat bahan penggantinya.
"Membuat bahan pengganti brajalepa memang bahannya sudah diketahui, tapi ada satu bahan yang sulit dicari, dan diketahui kalau hanya ada di Papua," katanya.
Ia mengatakan bahan itu mungkin dulu ada di sekitaran Candi Kalasan maupun Candi Prambanan namun sekarang sudah tidak ada lagi.
"Sudah kita cari di sekitar, tapi tidak ditemukan. Mungkin karena semakin banyaknya pemukiman," katanya.
Pemugaran Candi Kalasan rencananya dilakukan selama tiga sampai lima bulan mulai tahun 2017.
"Yang jelas Candi Kalasan ini pengerjaannya dalam pemugaran nanti multi years. Kami masih kesulitan juga mencari tanah sewa di sekitarnya untuk meletakkan satu per satu batu candi yang telah dibongkar agar tak tercampur bagian-bagiannya," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016