Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia berharap dapat menciptakan persatuan pandangan antara pemimpin umat Islam baik dari kelompok sunni maupun syiah yang diharapkan dapat memberikan dorongan politik di Irak yang masih dilanda konflik sektarian. Pernyataan itu dikemukakan oleh Jurubicara Presiden Dino Patti Djalal di Kantor Presiden Jakarta, Senin, saat diminta tanggapannya atas pertemuan internasional pemimpin umat Islam untuk rekonsiliasi Irak yang diselenggarakan di Bogor, 3-4 April. "Diharapkan bisa memberikan dorongan politik di Irak yang saat ini masih dirundung konflik berkelanjutan antara kelompok syiah dan sunni dan juga perpecahan berdarah," katanya. Pemerintah RI, lanjut dia, berharap pemimpin sunni-syiah dalam pertemuan Bogor bisa memberikan bimbingan moral bagi warga Irak karena sejauh ini belum ada solusi politik di Irak sementara korban terus berjatuhan. Sekalipun belum dapat mengatakan mengenai usulan yang akan disampaikan oleh RI, Dino menegaskan bahwa pertemuan itu dilakukan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan pendapat antara syiah dan sunni agar bisa hidup berdampingan dengan harmonis. "Ini penting sekali bagi Irak karena yang membuat Irak tidak stabil dan pecah adalah konflik berkelanjutan antara kelompok sunni dan syiah. Ini adalah inti dari konflik dan bagian penyelesaian konflik, yaitu rekonsiliasi," katanya. Saat ditanya mengenai usulan RI agar AS menarik pasukannya dari Irak, Dino mengatakan bahwa sikap RI sudah jelas terkandung dalam usulan tiga jalur (triple track) yang dikemukakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada George W Bush di Bogor November lalu. "Kita sudah punya sikap yaitu triple track tapi mulainya adalah adanya rekonsiliasi di Irak. Rekonsiliasi ini penting karena dalam situasi konflik tidak bisa (dilakukan), setelah ada kesepakatan politik barulah ada fondasi politik bagi penyelesaian konflik," ujarnya. Pertemuan Bogor melibatkan dua pihak kelompok Sunni-Syiah internasional dari 12 negara, yaitu Iran, Irak, Mesir, Yordania, Malaysia, Lebanon, Pakistan, Suriah, Turki, Arab Saudi dan Indonesia. Pemerintah RI berperan sebagai fasilitator dan penggagas, sedangkan ulama RI yang turut dalam konferensi berperan sebagai moderator. Dalam pertemuan itu ditargetkan 20-an orang ulama yang sebagian berasal dari Timur Tengah hadir. Di antara para undangan antara lain adalah Sheikh Mohammad Mehdi Taskiri tokoh Syiah Iran, Abdalslam Al-Abadi mantan Menag Yordania, Mahmood Al Sumai Dai tokoh Sunni Irak, Ekmeleddine Ihsanoglu Sekjen OKI dan Dato` Seri Tan Sri Sanusi Junid Presiden Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia. Sementara itu delegasi dari Indonesia adalah Ma`ruf Amin (MUI), Mahfur Usman (NU), Syafii Maarif (Muhammadiyah), Yunahar Ilyas (Muhammadiyah)dan Jalaludin Rahmat (tokoh Syiah).(*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007