Jakarta (ANTARA News) - Mantan Kepala Keuskupan Dili, Mgr Felipe Ximenes Bello alias Uskup (Emeritus) Bello, mengatakan bahwa masyarakat Timor Timur atau Timor Leste harus belajar untuk mandiri, termasuk menyelesaikan permasalahan mereka sendiri. "Timor Leste sekarang adalah negara berdaulat, sehingga semua pihak harus menghormati itu, termasuk Indonesia dan negara lainnya," katanya dalam peluncuran dan diskusi buku "Rekonsiliasi Yang Tak Tuntas, Duri Kemerdekaan Timor-Timor" karya wartawan LKBN ANTARA, Peter Tukan, di Wahid Institute Jakarta, Senin. Menurut dia, semua pihak harus membiarkan negara baru tersebut menyelesaikan seluruh permasalahan yang mereka hadapi pasca-kemerdekaan tanpa intervensi pihak lain. "Di negara-negara Eropa yang notabene kemerdekaannya telah mereka raih dalam waktu lama, masih mengalami berbagai permasalahan yang pelik," ucapnya. Ia mengatakan, sebaiknya pihak-pihak di luar Timor Leste jangan memaksakan kehendak mereka untuk melakukan perdamaian di negeri tersebut. "Saya sendiri sudah 'tersingkir' dari Gereja di Dilli, dan sudah jadi 'pengungsi'," seloroh pastor yang kini bermukim di Kepastoran Margofores, Portugal, itu. Sehingga, lanjutnya, ia tidak berada lagi dalam sistem untuk mengurusi secara langsung masalah yang ada. "Gereja Katolik memang masih amat berperan di Timor Leste, tetapi jangan juga dilupakan bahwa Gereja juga menjadi bagian dari masalah yang terjadi di Timor Leste," kata dia. Hal yang paling penting dari semuanya adalah rekonsiliasi di Timor Leste harus dimulai dari para pejabat terlebih dahulu, terutama untuk menyelesaikan masalah admnistrasi negara baru tersebut, demikian Uskup (E) Bello. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007