Spin Boldak, Afghanistan (ANTARA News) - Ribuan pembom bunuh diri Taliban telah digelar di seluruh Afghanistan untuk menyerang pasukan Barat dan pemerintah, kata komandan militer kelompok itu, Senin. Setelah aksi kekerasan tahun lalu, terburuk sejak pemerintah Taliban disingkirkan tahun 2001, tahun ini dianggap sebagai periode genting baik bagi Taliban maupun pasukan Barat yang dipimpin AS. Berbicara dengan Reuters melalui telepon satelit dari satu tempat yang tidak disebutkan namanya, Mullah Dadullah, pemimpin militer Taliban, juga mengatakan gerilyawan Islam itu memiliki kemampuan dan senjata untuk memerangi pasukan asing untuk waktu yang lama. "Kami telah mengirim ribuan pembom bunuh diri ke semua kota Afghanistan untuk menyerang pasukan asing dan boneka Afghanistan mereka," kata Dadullah. "Dan kami menjadikan tanah air kami kuburan pasukan AS dan keluarga mereka akan menunggu mayat-mayat mereka. Perang Taliban adalah satu-satunya bagi kemerdekaan Afghanistan dan musuh-musuh Muslim." Serangan-serangan bunuh diri, yang meniru aksi milisi di Irak, meningkat secara dramatis tahun 2006. Pada hari Minggu satu serangan terhadap satu konvoi tentara Afghanistan di provinsi Laghman menewaskan sembilan orang termasuk anak-anak dan dua tentara. Setelah menderita korban serius tahun lalu dalam konfrontasi dengan pasukan NATO dalam satu pertempuran, Taliban kembali pada taktik gerilya tradisional , terutama bom-bom bunuh diri. Taliban dan sekutu-sekutu Islam mereka, termasuk Al Qaeda sebagian besar aktif di wilayah-wilayah selatan dan timur dekat perbatasan dengan Pakistan. Hampir 4.000 orang, sekitar seperempat warga sipil, tapi juga termasuk sekitar 170 tentara Barat, ratusan gerilyawan, pasukan Afghanistan dan lusinan pekerja asing tewas dalam pertempuran tahun lalu. Pasukan yang dipimpin AS menggulingkan pemerintah Taliban setelah para pemimpin mereka menolak menyerahkan Osam bin Laden setelah serangan 11 September di AS. Pemerintah Afghanistan mengatakan pemimpin Taliban, Mullah Mohammad Omar, dan para pembantu seniornya tinggal di Pakistan, pendukung utama Taliban sampai 11 September. Islamabad mengaku para gerilyawan melintasi perbatasan itu, tapi membantah mendukung Taliban atau para pemimpin gerilyawan berada di dalam wilayahnya. Dadullah mengatakan, Omar dan para pemimpin Taliban berada di Afghanistan, demikian laporan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007