Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia melaporkan penjualan riil atau eceran tumbuh melambat sepanjang Juli 2016 dibandingkan Juni 2016, karena normalisasi tren konsumsi masyarakat setelah Ramadhan dan Idul Fitri 1437 Hijriah.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Selasa, mengatakan indeks penjualan riil (IPR) hanya tumbuh 2,6 persen (year on year/yoy) pada Juli 2016. Pertumbuhan itu jauh melambat dibandingkan Juni yang sebesar 15,9 persen (yoy).
"Perlambatan penjualan terutama terjadi pada jenis kelompok barang lainnya yang tumbuh negatif 28.7 persen (yoy), lebih rendah jika dibandingkan Juni 2016 (5,6 persen), terutama disebabkan oleh penurunan penjualan sandang," katanya.
Sedangkan pada Juni 2016, IPR tumbuh 15,9 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan 13,6 persen (yoy) pada Mei 2016.
Pertumbuhan penjualan tertinggi, kata Tirta, terjadi pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi sebesar 28,9 persen (yoy), terutama didorong oleh penjualan produk elektronik (audio/video).
"Peningkatan penjualan eceran ini dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi masyarakat selama bulan puasa Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Secara regional, pertumbuhan penjualan eceran tertinggi terjadi di Semarang," ucap Tirta.
Survei Penjualan Eceran BI juga mengindikasikan bahwa tekanan kenaikan harga pada September 2016 diperkirakan melambat.
Tirta menerangkan indikasi tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan yang akan datang sebesar 128,8, lebih rendah dari 139,7 pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, tekanan kenaikan harga pada 6 bulan mendatang yakni Desember 2016, diperkirakan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, tercermin dari IEH 6 bulan mendatang sebesar 133,3 lebih tinggi dibandingkan 132,2 pada bulan sebelumnya.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016